Tuesday, March 31, 2015

The Gunman; around the world for Annie

Saya punya satu alasan unik untuk menyaksikan film The Gunman karya sutradara Pierre Morel ini, bagaimana aktor Sean Penn memainkan karakter aksi di usianya yang sudah tidak lagi muda? Saya punya ekspektasi yang tinggi karena ada nama Morel yang bertanggung jawab atas kesuksesan Liam Neeson dalam film Taken yang pertama, plus nama besar Sean Penn yang penuh kharisma.
Penn memerankan James Terrier yang bekerja pada perusahaan security di Congo dengan bisnis terselubung   berupa kontrak pembunuhan menteri pertambangan. Setelah 'tugas' tersebut selesai Jim harus meninggalkan benua Afrika serta Annie (Jasmine Trinca), kekasih yang ia cintai. 8 tahun kemudian Jim mendapati dirinya menjadi incaran pembunuhan, kemungkinan besar berkaitan dengan 'tugas' yang pernah ia lakukan. Jim memutuskan untuk mencari tahu kebenarannya dan menemukan fakta yang mengejutkan.. Ralat, menyebalkan.


Ekspektasi saya yang tinggi ternyata kandas di 30 menit pertama, awalnya saya mengharapkan sebuah film action yang menarik layaknya film Taken, ternyata The Gunman hanyalah sebuah drama bernuansa thriller dengan (sangat) sedikit aksi, jadi jangan terkecoh dengan trailer yang Anda pernah saksikan. Satu kelemahan yang cukup mengganggu ada pada naskah film ini, talent yang luar biasa seperti Sean Penn, Javier Bardem dan Ray Winston terasa sia-sia karena mereka semua tampil dengan apik dengan karakternya masing-masing, sementara skripnya terasa sama sekali tidak mendukung para aktor untuk mengembangkan karakter yang mereka bawakan. Padahal Penn terlibat dalam penulisan naskah yang kisahnya diangkat dari novel berjudul 'The Prone Gunman' karya Jean-Patrick Manchette ini. Penn sendiri kayaknya sudah cocok untuk menjadi bintang laga jika dilihat dari gayanya membawakan karakter Jim Terrier. Selain skrip, sisi lainnya menurut saya sih diatas rata-rata, adegan aksinya dikoreografikan dengan baik sehingga enak disaksikan. Overall.. It's not the best thriller and also not the worst of all...


It scores 5 outta 10!


Monday, March 30, 2015

Tracers; parkour for more money

Taylor Lautner memang aktor muda berbakat, sejak naik daun berkat seri Twilight ia muncul di banyak film. Namun jika dibandingkan dengan Robert Pattinson yang juga meroket berkat Twilight, Lautner lebih banyak mengasah bakat yang bersifat fisik, mungkin karena ingin jadi bintang film action? Dalam film Tracer karya sutradara Daniel Benmayor ini Lautner memerankan seorang kurir sepeda bernama Cam, sebuah insiden kecil mempertemukan Cam dengan Nikki (Marie Avgeropoulos), seorang wanita muda yang jago melakukan parkour. Insiden tadi merusak sepeda Cam sehingga ia nyaris kehilangan pekerjaan apabila Nikki tidak mengganti sepedanya. Karena ingin berterima kasih atas pemberian sepeda barunya, Cam mencari Nikki dan menemukan aktivitas baru yang bisa menghasilkan uang dari parkour, sayangnya kegiatan baru ini termasuk ilegal sehingga nyawa pun dipertaruhkan oleh team Jacob.. I mean.. Cam...


To the point aja, the stunts are great but the drama sucks! Karakterisasi tokoh utama nyaris tidak ada apalagi tokoh pendukungnya. Padahal konsepnya lumayan menarik karena ada unsur parkour, jika eksekusi dilakukan lebih baik tentu hasilnya (minimal) bisa sama dengan film Premium Rush yang menggunakan media sepeda. Penonton yang bisa menikmati film ini hanyalah para penggemar Taylor Lautner yang muncul di setiap scene. Untungnya Lautner melakukan semua aksinya dengan apik dan itu itulah satu-satunya kelebihan film ini, hanya adegan loncat sana loncat sini itulah yang menghibur karena yang lainnya cukup membosankan.

It scores 5 outta 10!


HOME; intergalactic losers

Planet Bumi diinvasi (lagi) oleh alien, kali ini yang melakukannya adalah makhluk Boov yang sangat jago dalam urusan melarikan diri (kinda losers) . Mereka sudah sering berpindah tempat tinggal diberbagai planet, bukan karena tidak betah tapi karena diburu oleh musuh mereka, Gorg. Kaum Boov datang ke Bumi dengan niat baik meskipun caranya nyebelin. Semua umat manusia diangkut paksa untuk dipindahkan ke benua Australia, selebihnya dijadikan tempat tinggal kaum Boov. Kaum Boov ternyata memiliki satu anggota bernama Oh (Jim Parsons) yang tidak disukai dan selalu dihindari karena kecerobohannya, kali ini kesalahannya cukup fatal yaitu mengundang Gorg untuk datang ke pesta yang ia adakan di Bumi. Atas perintah kapten Smek (Steve Martin), Oh diburu untuk mempertanggung jawabkan kesalahannya. Dalam pelariannya Oh bertemu Tip (Rihanna) anak cewek yang sedang mencari ibunya (Jennifer Lopez). Oh dan Tip kemudian bekerja sama untuk menemukan sang ibu dan menyelamatkan kaum Boov dari kejaran Gorg.


Sutradara Tim Johnson bukan orang baru di dunia animasi, ia pernah membuat film animasi Antz, Sinbad dan Over the Hedge. Sayangnya tidak ada hal baru yang ditawarkan film Home ini, padahal kisahnya diangkat dari buku anak-anak karangan Adam Rex yang berjudul 'The True Meaning of Smekday' yang menjadi best seller (di Amerika). Tampilan animasinya tidak ada yang istimewa bahkan dalam format 3D, kisahnya pun cukup klise meskipun ada nilai tentang persahabatan dan kekeluargaan. Salah satu kelebihan film ini ada di suara Jim Parsons dan Steve Martin yang sangat komikal.  Anak-anak yang berumur dibawah 10 tahun akan menikmati dengan enjoy karena banyak adegan lucu dan warna warni menarik disepanjang film, sementara penonton dewasa akan terhibur dengan lelucon dan lagu soundtracknya. Anak-anak bisa belajar tentang konsep pertemanan dan orang dewasa akan selalu ingat untuk berhati-hati saat memilih tombol "reply all"...

It scores 7 outta 10!


Friday, March 20, 2015

Insurgent ; Divergent against evil Jeanine

To be honest, i can't remember what happened in Divergent. Karena terlalu banyak film dengan konsep serupa? Bisa jadi! Setelah Divergent bisa dibilang sukses secara komersial maka sequelnya tak dapat dihindari, toh buku karangan Veronica Roth ini juga bentuknya trilogi. Insurgent yang kini diarahkan sutradara Robert Schwentke menceritakan lanjutan dari pelarian Tris (Shailene Woodley), Four (Theo James), Caleb (Ansel Elgort) dan Peter (Miles Teller) yang kini menjadi buronan atas perintah Jeanine (Kate Winslet). Mereka saat ini bersembunyi bersama komunitas atau faction Amity pimpinan Johanna (Octavia Spencer) namun tidak lama pasukan Jeanine semakin aktif mencari kaum Divergent secara door to door agar bisa membuka sebuah kotak misterius yang berisi pesan dari entah siapa.


Saya sih merasa teringat dengan film Hunger Games, The Giver dan Maze Runner, pertama karena konsepnya mirip, kedua karena setelah dua film Divergent series saya masih gak ngerti ceritanya, saya gak ngerti karena memang gak ada hal yang memorable dari kedua film itu (saya juga belum pernah baca semua bukunya), mungkin film ketiga nanti, yang dipecah jadi dua bagian Allegiant part 1 &  2, bisa memberikan gambaran yang lebih baik sehingga pemahaman saya akan Divergent series menjadi komplit.


Overall film ini bisa menghibur penontonnya terutama secara visual, production design nya bagus sehingga enak dilihat dari awal sampai akhir. Khusus untuk cerita, mungkin hanya penggemar Divergent series aja yang ngerti plotnya, sementara buat saya satu hal yang menjadi kelebihan film ini adalah adegan action-nya, dikoreografikan dengan baik sehingga terlihat seru, begitu juga dengan simulasi mimpi yang dijalani Tris, visual effects nya cukup keren. Seri ketiga yang berjudul Allegiant akan rilis tahun 2016 & 2017. Dan klo Hollywood belum puas dan masih ingin mendulang Dollar dari Divergent series maka mungkin akan dibuat lagi film lanjutan tambahan berjudul Detergent!

It scores 6 outta 10!


Wednesday, March 18, 2015

Sponge out of water; pirate v superheroes

Oooouuuu... Who lives in a pineapple under the sea? SPONGEBOB SQUAREPANTS! I kinda enjoyed that song in the early 2002, saya bahkan cukup menikmati versi layar lebar Spongebob movie di tahun 2004. Tahun ini hadir sequel dengan sub judul 'Sponge out of water' dan bisa dibilang gak ada hubungannya dengan film pertama. Kota Bikini Bottom tempat tinggal Spongebob menjadi porak poranda akibat warga yang mengamuk karena tidak ada lagi burger Krusty Krab yang bisa dimakan. Ketiadaan burger ini terjadi karena hilangnya resep rahasia yang ternyata dicuri seorang bajak laut (Antonio Banderas). Spongebob beserta rekan rekannya bertekad untuk mengambil kembali resep tersebut demi menyelamatkan kota Bikini Bottom.


Karena film ini berdiri sendiri maka sah-sah saja kalau Anda belum pernah liat film pertamanya. Anak-anak dan penggemar serial televisi nya bisa dipastikan akan menyukai dan bisa menikmati film ini dari awal sampai akhir, sedangkan yang bukan penggemar berat Spongebob sudah pasti akan kebosanan, termasuk saya sendiri. Overall tidak ada hal baru yang ditawarkan 'sponge out of water' baik itu humornya maupun plotnya, malah menurut saya plot film pertama jauh lebih baik. Yang agak berbeda ada di akhir film ketika Spongebob dan kawan-kawan terdampar di pantai serta bertransformasi menjadi superheroes untuk melawan sang bajak laut. Tampilan visual adegan aksi Spongebob dkk vs pirate sangat menarik meskipun durasinya hanya sebentar, jika ada budget lebih Anda perlu menyaksikannya dalam format 3D. Satu hal yang juga menarik buat saya adalah battle rap di akhir film yang terpaksa dipotong agar filmnya gak kelamaan. Saya pribadi lebih bisa menikmati trailer nya dan poster plesetannya ketimbang filmnya. Silahkan lihat gambar di bawah ini, menarik bukan?


It scores 5 outta 10!


Tuesday, March 17, 2015

7500; a good in flight entertainment

Apa hal paling parah yang bisa terjadi dalam sebuah pesawat ketika sedang terbang? Zombie? Ular? Well... Film 7500 karya sutradara asal Jepang Takashi Shimizu ini akan menambahkan satu hal lagi yaitu kejadian supranatural. Pesawat maskapai Vista Pacific dengan nomor penerbangan 7500 lepas landas dari Los Angeles menuju Tokyo dengan lama perjalanan 10 jam. Setelah terbang selama 4 jam terjadi sebuah turbulensi yang sempat membuat isi pesawat porak poranda. Setelah kejadian itu mulailah muncul hal-hal aneh yang membuat penumpang ketakutan dan menghilang satu persatu.


Film ini sebenarnya sudah siap dirilis tahun 2012, lalu diundur ke akhir tahun 2013, lalu mundur lagi ke tahun 2014. Kejadian hilangnya Malaysia Airlines MH370 kayaknya memiliki pengaruh juga sehingga membuat jadwal rilis film ini tertunda kembali. Di beberapa negara Asia film ini mulai diputar di bioskop sejak November 2014 dan di Indonesia mulai Maret 2015, sedangkan di Amerika film ini akan langsung dirilis dalam bentuk home video. Menurut saya langkah itu cukup tepat karena akan ada banyak penonton yang menyesal jika menyaksikannya dilayar bioskop. Opening scene film ini sebenarnya cukup menjanjikan namun sisanya kedodoran dan membosankan. Twist endingnya nggak banget dan kisahnya hanya akan membuat kita garuk garuk kepala, there's too many plot holes and it's really annoying. Tapi menurut saya film ini sangat bagus jika jadi tontonan wajib ketika kita sedang berada dalam pesawat terbang, sebagai reminder bahwa jika kita tidak memperhatikan flight safety regulation maka hal yang terburuk akan terjadi... What happened in this movie could happen to you!

It scores 4 outta 10!


Friday, March 13, 2015

Run All Night; better run than Taken again

Apa yang ada di benak Anda jika saya bilang saat ini ada film action thriller yang dibintangi Liam Neeson dan menceritakan tentang kisah ayah dan anak yang harus berlari kesana kemari untuk menghindari kejaran penjahat dan polisi? Sebagian orang akan bilang Taken 3, well.... It's a different movie and it's better than Taken 3.


Plotnya memang mirip sih, bukan cuma dengan film Taken 3 tapi banyak film dengan tema serupa, been there.. Done that.. tapi sutradara Jaume Collet-Serra berhasil mengeksekusi kisah klise ini sedikit lebih baik. Hasilnya adalah sebuah film action khas Liam Neeson yang lumayan seru. Aktor Neeson dan sutradara Collet-Serra sebelumnya pernah berkolaborasi dalam film Unknown dan Non Stop, sehingga kayaknya mereka sudah bisa mengerti apa yang diharapkan penonton.  Run All Night bukan film action yang terbaik tapi jelas menghibur dan mengobati kekecewaan saya atas kegagalan film Unknown (karena endingnya yang buruk) dan Taken 3 (hampir semua aspeknya buruk) dari aktor Liam Neeson.

It scores 7 outta 10!


Thursday, March 12, 2015

Disney's Cinderella... Ella... Ella.. Eee.. Eee... :))

Once upon a time.. There was a girl named Ella...  Bla bla bla.. Bla bla bla.. And she lives happily ever after. Saya anggap semua orang sudah tahu kisah Cinderella jadi rasanya tidak perlu dijelaskan lagi. Di tahun 1950 studio Disney pernah membuat film animasinya, kini hadir versi live action-nya dengan jalan cerita yang gak jauh beda  dan (untungnya) bukan versi musikal.


Film yang diarahkan sutradara Kenneth Branagh ini sangat menarik secara visual.  Ceritanya memang old fashioned tapi kemasannya sangat indah. Acungan dua jempol dari saya untuk Dante Ferretti yang bertanggung jawab atas production design, silahkan Anda perhatikan semua hal yang ada disekitar para aktor, terlihat sangat detail, begitu juga dengan kostum yang menjadi tanggung jawab Sandy Powell. Itulah kelebihan film ini.. Plus penampilan Cate Blanchett yang memerankan Lady Tremaine, ibu tiri Cinderella yang kejam, dan kejamnya sang ibu tiri memiliki alasan logis yang sempat dijelaskan kepada Ella. Overall.. Film ini enak untuk dinikmati bersama keluarga apalagi kalo keluarga Anda penggemar Frozen.. Kok Frozen?  Ya karena film ini dibuka dengan film animasi singkat Frozen Fever yang lumayan menarik.


Butuh waktu 65 tahun bagi Disney untuk mengangkat film animasi Cinderella ke versi live action, dan proyek berikutnya adalah Beauty and the Beast. Berarti saya musti menunggu hingga tahun 2064 jika ingin menyaksikan versi live action Big Hero 6?  D'oh..!!!

It scores 7 outta 10!


Tuesday, March 10, 2015

American Sniper; Another Eastwood's antiwar

Clint Eastwood bukan hanya aktor yang handal tapi juga seorang sutradara yang cakap dan film American Sniper yang ia besut ini menjadi salah satu buktinya. Bradley Cooper memerankan Chris Kyle, seorang penembak jitu (sniper) SEALS yang ditugaskan di Irak. Awalnya ia bergabung dalam militer karena merasa ingin membantu negaranya yang (terlihat) diserang Al Qaeda namun lama kelamaan ia tidak bisa melepaskan pikiran dari medan perang dan terobsesi untuk melindungi rekan-rekan sesama tentara dari serangan sehingga keluarga ia cintai menjadi korban karena ditelantarkan.


Film American Sniper dibuat berdasarkan buku 'American Sniper : The Autobiography of the most lethal sniper in US military history' oleh Chris Kyle bersama Scott McEwen dan Jim DeFelice.  Film ini dinominasikan sebagai film terbaik, begitu juga aktor Bradley Cooper sebagai aktor utama. Namun piala Oscar dibawa pulang hanya untuk kategori sound editing dan naskah adaptasi terbaik. Overall.. It's a good movie! Clint Eastwood mempresentasikan kisah Chris Kyle dengan baik sehingga enak dinikmati dari awal hingga akhir. Performa Cooper bisa dibilang juara terutama dalam memperlihatkan konflik psikologis akibat perang dan interaksi dengan istri yang merasa diasingkan. Saya merasa Eastwood ingin menyampaikan pesan anti perang meskipun terlihat seperti propaganda dan pencitraan Amerika. Chris Kyle digambarkan sebagai pahlawan meskipun menurut saya tindakannya belum tentu bisa dibenarkan. Satu hal yang kurang buat saya adalah penjelasan tentang akhir tragis endingnya, but that's fine by me. Bila Anda penggemar film perang maka film ini wajib ditonton.

It scores 8 outta 10!


Thursday, March 5, 2015

CHAPPiE; Robot / Human (vice versa)

Holy Crap... Neill Blomkamp has done it again..!  Setelah film District 9 yang saya kagumi dan Elysium yang lumayan menghibur kini ia kembali dengan sebuah film science fiction action berjudul CHAPPiE. And i love it! Kota Johannesburg di Afrika Selatan jadi pusat perhatian ketika sebuah perusahaan bernama Tetravaal pimpinan Michelle Bradley (Sigourney Weaver) menciptakan robot yang bekerja menggantikan tenaga polisi. Tingkat kejahatan yang tinggi menjadi turun dengan kehadiran robot -  robot ciptaan Deon (Dev Patel) ini. Sementara Vincent (Hugh Jackman) tidak senang dengan kesuksesan Deon dan merencanakan untuk melakukan sabotase,  Deon secara diam-diam telah sukses menciptakan program kesadaran untuk robot yang ia install di unit robot scout 22 (meskipun dalam keadaan terpaksa) dan diberi nama CHAPPiE. Ketika semua robot rusak akibat ulah Vincent, chappie menjadi satu-satunya penyelamat dan sekaligus inovator robot baru yang memiliki kesadaran manusia.


CHAPPiE dibuat berdasarkan film pendek berjudul Tetravaal yang pernah dibuat sutradara Blomkamp sebelumnya. Juga sama dengan yang sudah-sudah, film ini pun sarat dengan kritik sosial. CHAPPiE akan mengingatkan Anda pada film Robocop dan Al karena premisnya memang mirip, seolah gabungan dari keduanya. Namun film ini jauh lebih baik kualitasnya daripada remake Robocop tahun 2014 lalu yang mengecewakan (i'm a huge fan of the 1987 original Robocop) dan jauh lebih simpel dari film AI karya Steven Spielberg. Ada beberapa bagian yang memang terlihat konyol dan beberapa plot holes namun saya masih bisa memaafkannya. Penampilan para bintangnya cukup baik, Sharlto Copley yang paling menarik perhatian dalam memerankan CHAPPiE dengan sentuhan spesial efek dari WETA Digital. Overall film ini menarik karena menghibur dan memberikan beberapa insight tentang penampilan luar yang bisa menipu. Robot can be human and vice versa....

It scores 8 outta 10!


Tuesday, March 3, 2015

The Wedding Ringer; funny bromance

Doug Harris (Josh Gad) adalah pengacara yang kaya dan sukses, namun sukses yang sama tidak berlaku dalam urusan pertemanan. Sejak kecil Doug selalu berpindah-pindah mengikuti orang tuanya sehingga ia tidak memiliki teman padahal dalam waktu 2 minggu ia akan menikah dengan Gretchen Palmer (Kaley Cuoco-Sweeting) dan Doug membutuhkan pendamping pria di atas altar pernikahannya nanti. Ditengah kekalutannya menemukan 'Best Man' untuk pernikahannya, ia mendapat info dari Edmundo (Ignacio Serricchio) bahwa ternyata ada jasa yang bisa menyediakan Best Man bagi orang-orang yang gak punya teman seperti Doug. Dan benar saja, ternyata jasa pelayanan The Best Man Inc. yang dipimpin Jimmy Callahan (kevin Hart) ternyata cukup profesional dan mampu menyediakan apa yang diinginkan Doug. Permintaan Doug adalah paket 'Golden Tux' sebuah paket lengkap yang terdiri dari 7 pendamping pria untuk mempelai pria (Best Man) dan seorang sahabat dekat bernama Bic Mitchum, hanya saja paket Golden Tux ini belum pernah dilakukan sehingga persiapan yang benar-benar matang harus dilakukan. Hasilnya? Ya berhubung film The Wedding Ringer adalah film komedi saya yakin Anda sudah bisa menebaknya. Sutradara Jeremy Garelick sebenarnya sudah mempersiapkan film ini sejak tahun 2002 dengan judul The Golden Tux namun menemui banyak kendala serta sibuk membuat film lain hingga akhirnya baru kesampaian rilis tahun ini. Apakah karena materinya sudah lama maka kisahnya menjadi basi? ternyata tidak. Overall film ini tidak bisa dibilang bagus namun penampilan duo komedian Josh Gad dan Kevin Hart menarik perhatian dengan chemistry yang pas serta bisa membuat film ini menjadi salah satu film komedi yang menarik untuk disaksikan. Jadi jika Anda butuh hiburan dan ingin tertawa ngakak sampe mules, maka film ini akan menjadi pilihan tepat, asalkan Anda tidak membawa anak-anak karena isinya penuh materi dewasa yang susah untuk dipertanggungjawabkan.

It scores 5 outta 10!