Thursday, May 7, 2015

New website : agungpriantoro.com

Para pembaca yang terhormat.. Mulai saat ini aktivitas menulis saya telah pindah ke website yang baru..

Silahkan kunjungi agungpriantoro.com

See you there...!


Friday, April 24, 2015

Birdman; one of the best movie ever made

Film karya sutradara Alejandro Gonzales Inarritu ini sangat unik. Bagaimana tidak? Film seolah olah direkam secara kontinyu, terus menerus tanpa jeda. Cinematografi karya Emmanuel Lubezki luar biasa ciamik!!


Kisahnya tentang seorang aktor yang sudah pudar masa ketenarannya, Riggan Thomson (Michael Keaton) yang sempat populer memerankan karakter superhero Birdman 20 tahun yang lalu mencoba untuk eksis lagi dengan membuat sebuah drama panggung Broadway. Ia berharap drama ini bisa sukses namun kendala yang dihadapi cukup banyak sehingga membuat ia stres berat sebelum pertunjukan perdana dimulai. Adegan akhir dari drama tersebut menggambarkan karakter yang dibawakan Riggan menembak dirinya sendiri, secara diam-diam Riggan memutuskan untuk mengganti pistol properti panggung dengan pistol sungguhan demi menghasilkan pertunjukan yang dramatis.


Film ini selain unik juga unggul dari semua aspek. Dari sisi teknis, yang paling menonjol adalah sinematografi, editing dan production design. Tingkat kesulitan untuk membuat film ini benar-benar luar biasa. Dari sisi non teknis juga terlihat sekali bahwa film ini mencoba untuk tampil berbeda. Naskah yang ditulis Inarritu dan Nicolas Giacobone memberikan gambaran menarik tentang sisi lain dunia showbiz. Performance semua aktor dan aktris sangat prima, baik pemeran pendukung apalagi para pemeran utamanya. Overall.. It's one of the best movie i ever see..!

It scores 9 outta 10!


Wednesday, April 22, 2015

Indigenous; cliche in every way

Premisnya sangat simpel, beberapa pemuda dan pemudi berlibur ke Panama, merasa tidak cukup hanya dengan main di pantai mereka memutuskan untuk pergi ke sebuah hutan yang misterius. Meskipun sudah diperingatkan untuk tidak ke sana mereka tetap saja berangkat, alhasil bukan kesenangan yang mereka dapatkan melainkan petaka.
Film horor karya Alistair Orr ini sama sekali tidak menawarkan kengerian yang seharusnya ada dalam sebuah film horor, apalagi berbasis urban legend tentang chupacabra yang seharusnya menyeramkan. Ceritanya mudah dilupakan dan akting semua pemain tampak datar, bahkan dari sisi teknis juga tidak membantu sama sekali. Yang akan Anda dapatkan hanya rasa ngantuk yang amat sangat.

It scores 3 outta 10


Wednesday, April 15, 2015

Beauty and the Beast; not the musical

Kisah Beauty and the Beast merupakan salah satu cerita paling populer di dunia, yang paling membekas dalam benak saya adalah versi animasi dari Disney tahun 1991 dan serial televisi tahun 80an yang diperankan Ron Perlman dan Sarah Connor.. I mean.. Linda Hamilton. Sebelum Disney merilis versi live action-nya seperti kisah Cinderella, ada baiknya kalau kita tonton dulu film yang satu ini, judul aslinya La Belle et la Bette, sebuah film dari Perancis yang SIALNYA di dubbing dalam bahasa Inggris.


Seorang saudagar kaya (Andre Dussollier) yang memiliki 3 orang putra dan 3 orang putri, kehilangan seluruh hartanya sehingga mereka harus pindah dari rumah megah ke rumah yang kecil di pedesaan. Sebuah kecelakaan membuat sang saudagar tersesat di hutan dan menemukan sebuah kastil yang ternyata dihuni monster (Vincent Cassel) yang disebut The Beast. Karena sang saudagar mencuri setangkai bunga mawar maka ia harus kembali ke kastil untuk menjadi pelayannya setelah diberi kesempatan untuk menemui keluarganya, jika ia ingkar maka si monster akan membunuh semua anaknya. Belle (Lea Seydoux) yang mendengar cerita ayahnya tidak ingin sang ayah celaka, maka Belle memutuskan untuk pergi ke kastil untuk menggantikan sang ayah. Kisah selanjutnya saya yakin Anda semua sudah tahu, kalau belum tahu ya Anda perlu menyaksikan film ini..


Sutradara Christophe Gans menampilkan kisah ini berdasarkan novel paling pertama yang menceritakan tentang Belle and the Beast. Just info saja kalau kisah ini berasal dari Perancis dan dipublikasikan pertama kali  pada tahun 1740, setelah itu banyak versi yang bermunculan dengan beragam penyesuaian. Kisah ini menjadi kontroversi pada saat itu karena mengangkat isu sosial terutama tentang gender, ingat.. Di abad ke 18 wanita kudu musti harus wajib nurut sama pria, sedangkan karakter Belle sangat mandiri dan berani menentang aturan yang ada. Dari sisi story telling sebenarnya tidak ada hal yang baru, yang menarik perhatian saya adalah visualisasi dan production design yang sangat indah, lebih tepatnya indah dan kelam, meskipun dianggap cerita dongeng saya tidak menyarankan film ini disaksikan anak-anak karena terlalu kelam kisah dan visualisasinya. Jadi jika Anda mencari hiburan visual yang agak beda dengan film-film Hollywood, maka film La Belle et la Bette ini bisa menjadi pilihan yang tepat.

It scores 6 outta 10!


Sunday, April 12, 2015

The Cobbler ; flops in every way

Selama ini saya selalu beranggapan bahwa Adam Sandler hanya tampil di dua jenis film yaitu 'komedi jorok' dan 'komedi serius'. Kayaknya komedi jorok seperti film 'Jack & Jill' serta 'You don't mess with the Zohan' lebih populer dan memorable, bahkan 'Grown Ups' yang kacau balau saja bisa menghasilkan sequel. Lalu bagaimana dengan film terbaru Sandler yang berjudul The Cobbler ini? Kisahnya sih cukup aneh meskipun bukan orisinil karena kayaknya saya dulu pernah nonton film dengan konsep serupa cuma saya gak inget detailnya. Sandler adalah Max Simkin seorang tukang servis sepatu yang usahanya merupakan turunan keluarga. Suatu ketika ia mengalami kejadian aneh yaitu berubah menjadi siapapun sesuai dengan sepatu yang ia kenakan. Alhasil ia mencoba memanfaatkan kondisi ini untuk mendapatkan apa yang ia inginkan meskipun yang ia lakukan sebenarnya bukan hal yang baik.


The Cobbler adalah salah satu film terburuk Adam Sandler, bukan cuma komedinya yang garing tapi unsur dramanya juga payah. Sangat disayangkan jika mengingat konsep ceritanya yang bisa mengundang rasa penasaran. Seandainya digarap dengan lebih baik mungkin bisa menjadi salah satu 'komedi serius' yang memorable bagi para pecinta komedi pada umumnya dan para pecinta Adam Sandler pada khususnya.

It scores 4 outta 10!


Friday, April 10, 2015

Kidnapping Freddy Heineken; delayed ransom

Film ini diangkat dari kisah nyata tentang penculikan seorang pengusaha minuman bir (salah satu yang) paling terkenal di Eropa, Freddy Heineken yang diperankan oleh Sir Anthony Hopkins. Bersetting di Belanda tahun 1983, 5 orang pemuda,  Cor (Jim Sturgess), Willem (Sam Worthington), Cat (Ryan Kwanten), Brakes (Thomas Cocquerel) dan Spikes (Mark Van Euwen) kehilangan pekerjaannya karena perusahaan yang bangkrut, demi memenuhi kebutuhan mereka akhirnya diputuskan untuk melakukan sebuah penculikan agar mereka tidak perlu lagi merengek ke Bank untuk diberi pinjaman. Targetnya adalah Freddy Heineken, orang yang paling kaya di Belanda pada saat itu. Rencana disiapkan dengan matang agar tidak terlihat amatiran, sebagai modal awal mereka merampok bank untuk membiayai penculikan. Semuanya berjalan lancar hingga tebusan dibayarkan dan semua jadi berantakan.


The story is intriguing.. Tapi hasil akhir film yang disutradarai Daniel Alfredson ini menurut saya mengecewakan. Dari semua tokoh yang muncul di film ini tidak ada satupun yang mendapat pendalaman karakter dengan baik. Kita akan tahu hal (teknis) apa saja yang dilakukan Cor dkk dalam melakukan penculikan, namun muncul pertanyaan dikepala saya, siapa sih Cor dkk ini?  Dan yang lebih penting lagi, siapa sih Freddy Heineken? Semua pertanyaan (penting) itu tidak terjawab di film ini, saya mendapatkan jawabannya dari mbah Google karena kejadian ini menjadi sorotan banyak media di Eropa pada saat itu. Satu hal yang menarik perhatian saya adalah performa Anthony Hopkins yang gemilang, menurut saya sih dia tampil luar biasa dalam film yang salah. Film ini punya potensi menjadi tontonan yang seru seandainya di eksekusi dengan tepat, tapi sayangnya yang saya dapatkan malah rasa bosan...

It scores 5 outta 10!


Wednesday, April 1, 2015

Furious 7; a proper farewell for Paul Walker

One thing for sure, film ini akan mendulang banyak dolar karena 2 alasan, pertama karena adegan aksinya yang makin gila dan memang sudah dipromosikan dengan gencar, kedua karena nama mendiang Paul Walker. Jika Anda penggemar berat seri Fast & Furious maka film ini tidak ingin Anda lewatkan. Kisahnya tentang... Well.. Ceritanya sih menurut saya benar-benar bodoh, jika sudah nonton film Fast 6 maka Anda pasti tahu bahwa Dominic Toretto (Vin Diesel) diburu oleh Deckard Shaw (Jason Statham) demi membalas dendam atas apa yang terjadi pada adiknya. Selain kucing kucingan antara Dom dan Shaw, ada plot tambahan tentang teroris dan program komputer yang disebut God's Eye, kayaknya sih saya pernah melihat program serupa dipakai oleh Batman dalam film The Dark Knight.


Selain ceritanya yang tumpang tindih gak karuan, adegan aksinya memang benar-benar gila meskipun formula yang digunakan masih sama dengan film-film sebelumnya. Adu jotos, kebut-kebutan, tembak menembak dan ledakan tetap ada dan kali ini skalanya dibuat lebih besar (terutama untuk ledakannya), skala kerusakan yang ditimbulkan mungkin hampir menyamai film Transformers. Anda akan menyaksikan Jason Statham baku hantam dengan Dwayne 'The Rock' Johnson,  adu kambing antara Statham dan Vin Diesel serta mobil yang terbang menggunakan parasut. And I know that's the reason you want to see this movie! Kalau memang itu yang ditunggu maka Anda akan benar-benar menikmati film ini. Karena sutradara James Wan kayaknya benar-benar fokus di action dan mengabaikan karakternya. Padahal ada cameo Lucas Black yang pernah tampil di Tokyo Drift dan jangan lupakan Kurt Russel dengan gaya uniknya sebagai agen organisasi rahasia pemerintah.


Saya pribadi punya satu alasan kuat untuk menyaksikan Furious 7, ini adalah film terakhir Paul Walker dan (mungkin) inilah terakhir kalinya kita melihat penampilannya. Bagaimana James Wan menampilkan perpisahan bagi Brian O'Conner? Well.. They do it with respect and it's beautiful... Adegan perpisahan di akhir film ini membuat saya memaafkan semua kebodohan yang berdurasi 2 jam lebih. If you're a big fan of Paul Walker, don't hold your tears... Goodbye Mr. Walker.. Rest in peace...

It scores 7 outta 10!


Tuesday, March 31, 2015

The Gunman; around the world for Annie

Saya punya satu alasan unik untuk menyaksikan film The Gunman karya sutradara Pierre Morel ini, bagaimana aktor Sean Penn memainkan karakter aksi di usianya yang sudah tidak lagi muda? Saya punya ekspektasi yang tinggi karena ada nama Morel yang bertanggung jawab atas kesuksesan Liam Neeson dalam film Taken yang pertama, plus nama besar Sean Penn yang penuh kharisma.
Penn memerankan James Terrier yang bekerja pada perusahaan security di Congo dengan bisnis terselubung   berupa kontrak pembunuhan menteri pertambangan. Setelah 'tugas' tersebut selesai Jim harus meninggalkan benua Afrika serta Annie (Jasmine Trinca), kekasih yang ia cintai. 8 tahun kemudian Jim mendapati dirinya menjadi incaran pembunuhan, kemungkinan besar berkaitan dengan 'tugas' yang pernah ia lakukan. Jim memutuskan untuk mencari tahu kebenarannya dan menemukan fakta yang mengejutkan.. Ralat, menyebalkan.


Ekspektasi saya yang tinggi ternyata kandas di 30 menit pertama, awalnya saya mengharapkan sebuah film action yang menarik layaknya film Taken, ternyata The Gunman hanyalah sebuah drama bernuansa thriller dengan (sangat) sedikit aksi, jadi jangan terkecoh dengan trailer yang Anda pernah saksikan. Satu kelemahan yang cukup mengganggu ada pada naskah film ini, talent yang luar biasa seperti Sean Penn, Javier Bardem dan Ray Winston terasa sia-sia karena mereka semua tampil dengan apik dengan karakternya masing-masing, sementara skripnya terasa sama sekali tidak mendukung para aktor untuk mengembangkan karakter yang mereka bawakan. Padahal Penn terlibat dalam penulisan naskah yang kisahnya diangkat dari novel berjudul 'The Prone Gunman' karya Jean-Patrick Manchette ini. Penn sendiri kayaknya sudah cocok untuk menjadi bintang laga jika dilihat dari gayanya membawakan karakter Jim Terrier. Selain skrip, sisi lainnya menurut saya sih diatas rata-rata, adegan aksinya dikoreografikan dengan baik sehingga enak disaksikan. Overall.. It's not the best thriller and also not the worst of all...


It scores 5 outta 10!


Monday, March 30, 2015

Tracers; parkour for more money

Taylor Lautner memang aktor muda berbakat, sejak naik daun berkat seri Twilight ia muncul di banyak film. Namun jika dibandingkan dengan Robert Pattinson yang juga meroket berkat Twilight, Lautner lebih banyak mengasah bakat yang bersifat fisik, mungkin karena ingin jadi bintang film action? Dalam film Tracer karya sutradara Daniel Benmayor ini Lautner memerankan seorang kurir sepeda bernama Cam, sebuah insiden kecil mempertemukan Cam dengan Nikki (Marie Avgeropoulos), seorang wanita muda yang jago melakukan parkour. Insiden tadi merusak sepeda Cam sehingga ia nyaris kehilangan pekerjaan apabila Nikki tidak mengganti sepedanya. Karena ingin berterima kasih atas pemberian sepeda barunya, Cam mencari Nikki dan menemukan aktivitas baru yang bisa menghasilkan uang dari parkour, sayangnya kegiatan baru ini termasuk ilegal sehingga nyawa pun dipertaruhkan oleh team Jacob.. I mean.. Cam...


To the point aja, the stunts are great but the drama sucks! Karakterisasi tokoh utama nyaris tidak ada apalagi tokoh pendukungnya. Padahal konsepnya lumayan menarik karena ada unsur parkour, jika eksekusi dilakukan lebih baik tentu hasilnya (minimal) bisa sama dengan film Premium Rush yang menggunakan media sepeda. Penonton yang bisa menikmati film ini hanyalah para penggemar Taylor Lautner yang muncul di setiap scene. Untungnya Lautner melakukan semua aksinya dengan apik dan itu itulah satu-satunya kelebihan film ini, hanya adegan loncat sana loncat sini itulah yang menghibur karena yang lainnya cukup membosankan.

It scores 5 outta 10!


HOME; intergalactic losers

Planet Bumi diinvasi (lagi) oleh alien, kali ini yang melakukannya adalah makhluk Boov yang sangat jago dalam urusan melarikan diri (kinda losers) . Mereka sudah sering berpindah tempat tinggal diberbagai planet, bukan karena tidak betah tapi karena diburu oleh musuh mereka, Gorg. Kaum Boov datang ke Bumi dengan niat baik meskipun caranya nyebelin. Semua umat manusia diangkut paksa untuk dipindahkan ke benua Australia, selebihnya dijadikan tempat tinggal kaum Boov. Kaum Boov ternyata memiliki satu anggota bernama Oh (Jim Parsons) yang tidak disukai dan selalu dihindari karena kecerobohannya, kali ini kesalahannya cukup fatal yaitu mengundang Gorg untuk datang ke pesta yang ia adakan di Bumi. Atas perintah kapten Smek (Steve Martin), Oh diburu untuk mempertanggung jawabkan kesalahannya. Dalam pelariannya Oh bertemu Tip (Rihanna) anak cewek yang sedang mencari ibunya (Jennifer Lopez). Oh dan Tip kemudian bekerja sama untuk menemukan sang ibu dan menyelamatkan kaum Boov dari kejaran Gorg.


Sutradara Tim Johnson bukan orang baru di dunia animasi, ia pernah membuat film animasi Antz, Sinbad dan Over the Hedge. Sayangnya tidak ada hal baru yang ditawarkan film Home ini, padahal kisahnya diangkat dari buku anak-anak karangan Adam Rex yang berjudul 'The True Meaning of Smekday' yang menjadi best seller (di Amerika). Tampilan animasinya tidak ada yang istimewa bahkan dalam format 3D, kisahnya pun cukup klise meskipun ada nilai tentang persahabatan dan kekeluargaan. Salah satu kelebihan film ini ada di suara Jim Parsons dan Steve Martin yang sangat komikal.  Anak-anak yang berumur dibawah 10 tahun akan menikmati dengan enjoy karena banyak adegan lucu dan warna warni menarik disepanjang film, sementara penonton dewasa akan terhibur dengan lelucon dan lagu soundtracknya. Anak-anak bisa belajar tentang konsep pertemanan dan orang dewasa akan selalu ingat untuk berhati-hati saat memilih tombol "reply all"...

It scores 7 outta 10!


Friday, March 20, 2015

Insurgent ; Divergent against evil Jeanine

To be honest, i can't remember what happened in Divergent. Karena terlalu banyak film dengan konsep serupa? Bisa jadi! Setelah Divergent bisa dibilang sukses secara komersial maka sequelnya tak dapat dihindari, toh buku karangan Veronica Roth ini juga bentuknya trilogi. Insurgent yang kini diarahkan sutradara Robert Schwentke menceritakan lanjutan dari pelarian Tris (Shailene Woodley), Four (Theo James), Caleb (Ansel Elgort) dan Peter (Miles Teller) yang kini menjadi buronan atas perintah Jeanine (Kate Winslet). Mereka saat ini bersembunyi bersama komunitas atau faction Amity pimpinan Johanna (Octavia Spencer) namun tidak lama pasukan Jeanine semakin aktif mencari kaum Divergent secara door to door agar bisa membuka sebuah kotak misterius yang berisi pesan dari entah siapa.


Saya sih merasa teringat dengan film Hunger Games, The Giver dan Maze Runner, pertama karena konsepnya mirip, kedua karena setelah dua film Divergent series saya masih gak ngerti ceritanya, saya gak ngerti karena memang gak ada hal yang memorable dari kedua film itu (saya juga belum pernah baca semua bukunya), mungkin film ketiga nanti, yang dipecah jadi dua bagian Allegiant part 1 &  2, bisa memberikan gambaran yang lebih baik sehingga pemahaman saya akan Divergent series menjadi komplit.


Overall film ini bisa menghibur penontonnya terutama secara visual, production design nya bagus sehingga enak dilihat dari awal sampai akhir. Khusus untuk cerita, mungkin hanya penggemar Divergent series aja yang ngerti plotnya, sementara buat saya satu hal yang menjadi kelebihan film ini adalah adegan action-nya, dikoreografikan dengan baik sehingga terlihat seru, begitu juga dengan simulasi mimpi yang dijalani Tris, visual effects nya cukup keren. Seri ketiga yang berjudul Allegiant akan rilis tahun 2016 & 2017. Dan klo Hollywood belum puas dan masih ingin mendulang Dollar dari Divergent series maka mungkin akan dibuat lagi film lanjutan tambahan berjudul Detergent!

It scores 6 outta 10!


Wednesday, March 18, 2015

Sponge out of water; pirate v superheroes

Oooouuuu... Who lives in a pineapple under the sea? SPONGEBOB SQUAREPANTS! I kinda enjoyed that song in the early 2002, saya bahkan cukup menikmati versi layar lebar Spongebob movie di tahun 2004. Tahun ini hadir sequel dengan sub judul 'Sponge out of water' dan bisa dibilang gak ada hubungannya dengan film pertama. Kota Bikini Bottom tempat tinggal Spongebob menjadi porak poranda akibat warga yang mengamuk karena tidak ada lagi burger Krusty Krab yang bisa dimakan. Ketiadaan burger ini terjadi karena hilangnya resep rahasia yang ternyata dicuri seorang bajak laut (Antonio Banderas). Spongebob beserta rekan rekannya bertekad untuk mengambil kembali resep tersebut demi menyelamatkan kota Bikini Bottom.


Karena film ini berdiri sendiri maka sah-sah saja kalau Anda belum pernah liat film pertamanya. Anak-anak dan penggemar serial televisi nya bisa dipastikan akan menyukai dan bisa menikmati film ini dari awal sampai akhir, sedangkan yang bukan penggemar berat Spongebob sudah pasti akan kebosanan, termasuk saya sendiri. Overall tidak ada hal baru yang ditawarkan 'sponge out of water' baik itu humornya maupun plotnya, malah menurut saya plot film pertama jauh lebih baik. Yang agak berbeda ada di akhir film ketika Spongebob dan kawan-kawan terdampar di pantai serta bertransformasi menjadi superheroes untuk melawan sang bajak laut. Tampilan visual adegan aksi Spongebob dkk vs pirate sangat menarik meskipun durasinya hanya sebentar, jika ada budget lebih Anda perlu menyaksikannya dalam format 3D. Satu hal yang juga menarik buat saya adalah battle rap di akhir film yang terpaksa dipotong agar filmnya gak kelamaan. Saya pribadi lebih bisa menikmati trailer nya dan poster plesetannya ketimbang filmnya. Silahkan lihat gambar di bawah ini, menarik bukan?


It scores 5 outta 10!


Tuesday, March 17, 2015

7500; a good in flight entertainment

Apa hal paling parah yang bisa terjadi dalam sebuah pesawat ketika sedang terbang? Zombie? Ular? Well... Film 7500 karya sutradara asal Jepang Takashi Shimizu ini akan menambahkan satu hal lagi yaitu kejadian supranatural. Pesawat maskapai Vista Pacific dengan nomor penerbangan 7500 lepas landas dari Los Angeles menuju Tokyo dengan lama perjalanan 10 jam. Setelah terbang selama 4 jam terjadi sebuah turbulensi yang sempat membuat isi pesawat porak poranda. Setelah kejadian itu mulailah muncul hal-hal aneh yang membuat penumpang ketakutan dan menghilang satu persatu.


Film ini sebenarnya sudah siap dirilis tahun 2012, lalu diundur ke akhir tahun 2013, lalu mundur lagi ke tahun 2014. Kejadian hilangnya Malaysia Airlines MH370 kayaknya memiliki pengaruh juga sehingga membuat jadwal rilis film ini tertunda kembali. Di beberapa negara Asia film ini mulai diputar di bioskop sejak November 2014 dan di Indonesia mulai Maret 2015, sedangkan di Amerika film ini akan langsung dirilis dalam bentuk home video. Menurut saya langkah itu cukup tepat karena akan ada banyak penonton yang menyesal jika menyaksikannya dilayar bioskop. Opening scene film ini sebenarnya cukup menjanjikan namun sisanya kedodoran dan membosankan. Twist endingnya nggak banget dan kisahnya hanya akan membuat kita garuk garuk kepala, there's too many plot holes and it's really annoying. Tapi menurut saya film ini sangat bagus jika jadi tontonan wajib ketika kita sedang berada dalam pesawat terbang, sebagai reminder bahwa jika kita tidak memperhatikan flight safety regulation maka hal yang terburuk akan terjadi... What happened in this movie could happen to you!

It scores 4 outta 10!


Friday, March 13, 2015

Run All Night; better run than Taken again

Apa yang ada di benak Anda jika saya bilang saat ini ada film action thriller yang dibintangi Liam Neeson dan menceritakan tentang kisah ayah dan anak yang harus berlari kesana kemari untuk menghindari kejaran penjahat dan polisi? Sebagian orang akan bilang Taken 3, well.... It's a different movie and it's better than Taken 3.


Plotnya memang mirip sih, bukan cuma dengan film Taken 3 tapi banyak film dengan tema serupa, been there.. Done that.. tapi sutradara Jaume Collet-Serra berhasil mengeksekusi kisah klise ini sedikit lebih baik. Hasilnya adalah sebuah film action khas Liam Neeson yang lumayan seru. Aktor Neeson dan sutradara Collet-Serra sebelumnya pernah berkolaborasi dalam film Unknown dan Non Stop, sehingga kayaknya mereka sudah bisa mengerti apa yang diharapkan penonton.  Run All Night bukan film action yang terbaik tapi jelas menghibur dan mengobati kekecewaan saya atas kegagalan film Unknown (karena endingnya yang buruk) dan Taken 3 (hampir semua aspeknya buruk) dari aktor Liam Neeson.

It scores 7 outta 10!


Thursday, March 12, 2015

Disney's Cinderella... Ella... Ella.. Eee.. Eee... :))

Once upon a time.. There was a girl named Ella...  Bla bla bla.. Bla bla bla.. And she lives happily ever after. Saya anggap semua orang sudah tahu kisah Cinderella jadi rasanya tidak perlu dijelaskan lagi. Di tahun 1950 studio Disney pernah membuat film animasinya, kini hadir versi live action-nya dengan jalan cerita yang gak jauh beda  dan (untungnya) bukan versi musikal.


Film yang diarahkan sutradara Kenneth Branagh ini sangat menarik secara visual.  Ceritanya memang old fashioned tapi kemasannya sangat indah. Acungan dua jempol dari saya untuk Dante Ferretti yang bertanggung jawab atas production design, silahkan Anda perhatikan semua hal yang ada disekitar para aktor, terlihat sangat detail, begitu juga dengan kostum yang menjadi tanggung jawab Sandy Powell. Itulah kelebihan film ini.. Plus penampilan Cate Blanchett yang memerankan Lady Tremaine, ibu tiri Cinderella yang kejam, dan kejamnya sang ibu tiri memiliki alasan logis yang sempat dijelaskan kepada Ella. Overall.. Film ini enak untuk dinikmati bersama keluarga apalagi kalo keluarga Anda penggemar Frozen.. Kok Frozen?  Ya karena film ini dibuka dengan film animasi singkat Frozen Fever yang lumayan menarik.


Butuh waktu 65 tahun bagi Disney untuk mengangkat film animasi Cinderella ke versi live action, dan proyek berikutnya adalah Beauty and the Beast. Berarti saya musti menunggu hingga tahun 2064 jika ingin menyaksikan versi live action Big Hero 6?  D'oh..!!!

It scores 7 outta 10!


Tuesday, March 10, 2015

American Sniper; Another Eastwood's antiwar

Clint Eastwood bukan hanya aktor yang handal tapi juga seorang sutradara yang cakap dan film American Sniper yang ia besut ini menjadi salah satu buktinya. Bradley Cooper memerankan Chris Kyle, seorang penembak jitu (sniper) SEALS yang ditugaskan di Irak. Awalnya ia bergabung dalam militer karena merasa ingin membantu negaranya yang (terlihat) diserang Al Qaeda namun lama kelamaan ia tidak bisa melepaskan pikiran dari medan perang dan terobsesi untuk melindungi rekan-rekan sesama tentara dari serangan sehingga keluarga ia cintai menjadi korban karena ditelantarkan.


Film American Sniper dibuat berdasarkan buku 'American Sniper : The Autobiography of the most lethal sniper in US military history' oleh Chris Kyle bersama Scott McEwen dan Jim DeFelice.  Film ini dinominasikan sebagai film terbaik, begitu juga aktor Bradley Cooper sebagai aktor utama. Namun piala Oscar dibawa pulang hanya untuk kategori sound editing dan naskah adaptasi terbaik. Overall.. It's a good movie! Clint Eastwood mempresentasikan kisah Chris Kyle dengan baik sehingga enak dinikmati dari awal hingga akhir. Performa Cooper bisa dibilang juara terutama dalam memperlihatkan konflik psikologis akibat perang dan interaksi dengan istri yang merasa diasingkan. Saya merasa Eastwood ingin menyampaikan pesan anti perang meskipun terlihat seperti propaganda dan pencitraan Amerika. Chris Kyle digambarkan sebagai pahlawan meskipun menurut saya tindakannya belum tentu bisa dibenarkan. Satu hal yang kurang buat saya adalah penjelasan tentang akhir tragis endingnya, but that's fine by me. Bila Anda penggemar film perang maka film ini wajib ditonton.

It scores 8 outta 10!


Thursday, March 5, 2015

CHAPPiE; Robot / Human (vice versa)

Holy Crap... Neill Blomkamp has done it again..!  Setelah film District 9 yang saya kagumi dan Elysium yang lumayan menghibur kini ia kembali dengan sebuah film science fiction action berjudul CHAPPiE. And i love it! Kota Johannesburg di Afrika Selatan jadi pusat perhatian ketika sebuah perusahaan bernama Tetravaal pimpinan Michelle Bradley (Sigourney Weaver) menciptakan robot yang bekerja menggantikan tenaga polisi. Tingkat kejahatan yang tinggi menjadi turun dengan kehadiran robot -  robot ciptaan Deon (Dev Patel) ini. Sementara Vincent (Hugh Jackman) tidak senang dengan kesuksesan Deon dan merencanakan untuk melakukan sabotase,  Deon secara diam-diam telah sukses menciptakan program kesadaran untuk robot yang ia install di unit robot scout 22 (meskipun dalam keadaan terpaksa) dan diberi nama CHAPPiE. Ketika semua robot rusak akibat ulah Vincent, chappie menjadi satu-satunya penyelamat dan sekaligus inovator robot baru yang memiliki kesadaran manusia.


CHAPPiE dibuat berdasarkan film pendek berjudul Tetravaal yang pernah dibuat sutradara Blomkamp sebelumnya. Juga sama dengan yang sudah-sudah, film ini pun sarat dengan kritik sosial. CHAPPiE akan mengingatkan Anda pada film Robocop dan Al karena premisnya memang mirip, seolah gabungan dari keduanya. Namun film ini jauh lebih baik kualitasnya daripada remake Robocop tahun 2014 lalu yang mengecewakan (i'm a huge fan of the 1987 original Robocop) dan jauh lebih simpel dari film AI karya Steven Spielberg. Ada beberapa bagian yang memang terlihat konyol dan beberapa plot holes namun saya masih bisa memaafkannya. Penampilan para bintangnya cukup baik, Sharlto Copley yang paling menarik perhatian dalam memerankan CHAPPiE dengan sentuhan spesial efek dari WETA Digital. Overall film ini menarik karena menghibur dan memberikan beberapa insight tentang penampilan luar yang bisa menipu. Robot can be human and vice versa....

It scores 8 outta 10!


Tuesday, March 3, 2015

The Wedding Ringer; funny bromance

Doug Harris (Josh Gad) adalah pengacara yang kaya dan sukses, namun sukses yang sama tidak berlaku dalam urusan pertemanan. Sejak kecil Doug selalu berpindah-pindah mengikuti orang tuanya sehingga ia tidak memiliki teman padahal dalam waktu 2 minggu ia akan menikah dengan Gretchen Palmer (Kaley Cuoco-Sweeting) dan Doug membutuhkan pendamping pria di atas altar pernikahannya nanti. Ditengah kekalutannya menemukan 'Best Man' untuk pernikahannya, ia mendapat info dari Edmundo (Ignacio Serricchio) bahwa ternyata ada jasa yang bisa menyediakan Best Man bagi orang-orang yang gak punya teman seperti Doug. Dan benar saja, ternyata jasa pelayanan The Best Man Inc. yang dipimpin Jimmy Callahan (kevin Hart) ternyata cukup profesional dan mampu menyediakan apa yang diinginkan Doug. Permintaan Doug adalah paket 'Golden Tux' sebuah paket lengkap yang terdiri dari 7 pendamping pria untuk mempelai pria (Best Man) dan seorang sahabat dekat bernama Bic Mitchum, hanya saja paket Golden Tux ini belum pernah dilakukan sehingga persiapan yang benar-benar matang harus dilakukan. Hasilnya? Ya berhubung film The Wedding Ringer adalah film komedi saya yakin Anda sudah bisa menebaknya. Sutradara Jeremy Garelick sebenarnya sudah mempersiapkan film ini sejak tahun 2002 dengan judul The Golden Tux namun menemui banyak kendala serta sibuk membuat film lain hingga akhirnya baru kesampaian rilis tahun ini. Apakah karena materinya sudah lama maka kisahnya menjadi basi? ternyata tidak. Overall film ini tidak bisa dibilang bagus namun penampilan duo komedian Josh Gad dan Kevin Hart menarik perhatian dengan chemistry yang pas serta bisa membuat film ini menjadi salah satu film komedi yang menarik untuk disaksikan. Jadi jika Anda butuh hiburan dan ingin tertawa ngakak sampe mules, maka film ini akan menjadi pilihan tepat, asalkan Anda tidak membawa anak-anak karena isinya penuh materi dewasa yang susah untuk dipertanggungjawabkan.

It scores 5 outta 10!


Friday, February 27, 2015

Focus;

Will Smith memerankan Nicky Spurgeon, seorang penipu ulung yang kayaknya memang dilahirkan untuk menipu orang lain secara diam-diam, mulai dari mencopet, taruhan hingga mencuri rahasia orang lain. Pertemuannya dengan Jess Barrett (Margot Robbie) tampaknya membuat ia kehilangan fokus, padahal ia sedang mempersiapkan sebuah aktivitas pencurian masif dalam sebuah event yang mirip super bowl di New Orleans. Jess juga seorang penipu tapi kelas teri dan Nicky mengajarinya tentang dunia copet mencopet agar Jess lebih mahir lagi. Pencopetan besar-besaran yang dilakukan Nicky di stadion olahraga itu menjadi puncak hubungan mereka berdua, demi pekerjaannya akhirnya Nicky meninggalkan Jess begitu saja tanpa penjelasan apapun. Pertemuan mereka 3 tahun kemudian di Buenos Aires menjadi sebuah permainan tipu menipu yang menarik sekaligus mematikan.


Film Focus ini ditulis dan disutradarai 2 orang, Glenn Ficarra dan John Requa. Menurut saya film ini cukup cerdas dalam mengejek film dengan genre con-man, ketika film lain sibuk membuat aksi terakhir dengan hasil yang sangat besar supaya sang con-man bisa berlibur disuatu tempat dan hidup bahagia, Nicky malah mengatakan bahwa yang seperti itu cuma khayalan, biarpun hasilnya kecil yang penting sering sehingga mereka selalu memiliki pemasukan. Will Smith tampil prima dan begitu juga dengan Margot Robbie, chemistry mereka dilayar sangat baik. Adrian Martinez tampil menonjol dengan memerankan Farhad yang 'unik'. Overall film ini cukup menarik meski terasa kurang greget dibagian akhir dan bersiaplah untuk kecele berkali-kali karena banyak sekali twist di film ini yang bisa menipu para penontonnya.

It scores 7 outta 10!


Wednesday, February 25, 2015

Mortdecai; Capt. Sparrow with new mustache

Charlie Mortdecai (Johnny Depp) adalah seorang dealer benda seni yang tinggal di sebuah mansion di Inggris, beristrikan seorang wanita cantik bernama Johanna (Gwyneth Paltrow) dan memiliki seorang pelayan pria bernama Jock Strapp (Paul Bettany) yang sangat terampil dalam segala hal (terutama urusan sex). Ketika sebuah lukisan karya Goya hilang dicuri, inspektur Martland (Ewan McGregor) meminta bantuan Mortdecai untuk menemukannya, tentu saja dengan profit sharing yang telah disepakati karena Mortdecai hampir bangkrut. Pencarian yang dilakukan Mortdecai berbuntut panjang dan menyangkut konflik internasional serta membahayakan nyawanya serta istri tercinta.


Film ini diangkat dari sebuah buku karya Kyril Bonfiglioli yang berjudul "Don't Point That Thing at Me" yang merupakan buku pertama dari trilogi Mortdecai. Sutradara David Koepp pernah bekerja sama dengan Depp dalam film thriller berjudul Secret Window, kini mereka kembali bekerjasama dengan genre yang berbeda. Mortdecai adalah film komedi dengan sedikit aksi (thanks to Jock), hanya saja hasilnya bisa dibilang cukup membosankan. Memang ada beberapa bagian yang lucu tapi mudah dilupakan. Yang sulit dilupakan hanya satu, kumis Mortdecai yang tampil prima disepanjang film. Bicara penampilan, akting Depp mengingatkan saya (lagi) pada karakter Jack Sparrow, hanya saja tanpa kostum bajak laut. Paul Bettany tampil mengesankan sebagai pelayan Mortdecai dan lainnya biasa saja. Overall film yang penuh kekonyolan ala Johnny Depp ini mungkin bisa menghibur Anda tapi hanya sesaat, malah mungkin bayangan kapten Jack Sparrow malah akan hadir dibenak Anda menggantikan tokoh Mortdecai yang sama konyolnya.

It scores 5 outta 10!


Friday, February 20, 2015

Unbroken ; Zamperini vs Japanese

Angelina Jolie ternyata bukan hanya aktris yang handal tapi juga bisa membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi sutradara yang perlu diperhitungkan, buktinya adalah film Unbroken. Film ini mengisahkan tentang kehidupan Louis Zamperini, diperankan oleh Jack O'Connel,  seorang atlit lari jarak jauh yang pernah ikut Olimpiade tahun 1936 di Berlin Jerman, terdampar di laut pasifik selama 47 hari dan menjadi tawanan perang tentara Jepang selama 2 tahun saat perang dunia kedua.


Naskah film ini melibatkan duo Joel & Ethan Coen (salah dua filmmaker favorit saya) sehingga menghasilkan kisah yang enak untuk dinikmati dari awal hingga akhir. Jolie saya anggap berhasil mempresentasikan sebuah perjalanan hidup yang bisa menginspirasi para penontonnya, meskipun entah kenapa gaya film ini mengingatkan saya pada karya Steven Spielberg. Visualisasinya enak dilihat dan production design nya sangat apik. Jack O'Connell dan semua pemain pendukung film ini tampil dengan prima. Meskipun ada beberapa plot holes namun hal itu tidak akan mengganggu kisah secara keseluruhan, mungkin Anda perlu membaca buku biografinya jika ingin mengetahui lebih detail tentang Louis Zamperini. Jadi.. Jika Anda merasa jadi orang paling merana didunia, maka Anda perlu menyaksikan film ini dan belajar dari Zamperini tentang perjuangan (untuk) hidup.

It score 8 outta 10!


Monday, February 16, 2015

Kingsman: The Secret Service ; 007's smart spoof

Anda suka nonton film James Bond, Jason Bourne dan Jack Bauer? Well..  This is not that kind of movie! Meskipun tiga kisah spionase itu menjadi referensi dalam film besutan Matthew Vaughn yang terbaru berjudul Kingsman: The Secret Service. Harry Hat (Colin Firth) alias Galahad kehilangan apprentice bernama Lancelot saat menjalankan misi rahasia. Kini ia mencari pengganti yang cocok dan ia menemukannya dalam diri putra Lancelot bernama Eggsy (Taron Egerton). Garry 'Eggsy' Unwin adalah pemuda berandal yang susah diatur meskipun pernah punya prestasi yang bagus dimasa lalu. Sejak kematian ayahnya, Eggsy menjadi anak yang salah pergaulan, namun Harry yakin pada potensi yang dimiliki Eggsy dan menawarkan pelatihan agen rahasia Kingsman. Pelatihan yang dilakukan dibawah pengawasan Merlin (Mark Strong) tidaklah mudah karena jika mereka gagal, nyawa yang menjadi taruhannya. Sementara itu Harry sedang disibukkan dengan sebuah kasus hilangnya orang-orang kaya dan penting diseluruh dunia (termasuk Iggy Azalea??) yang disinyalir perbuatan dari Ricmond Valentine (Samuel L. Jackson). Valentine berniat untuk menyelamatkan planet Bumi dengan cara 'menyisakan' manusia-manusia yang berguna dan 'melenyapkan' sisanya dengan membunuh mereka semua menggunakan sim card yang dibagikan gratis. Kini masa depan dunia ada dipundak agen-agen Kingsman baik yang senior seperti Harry dan Merlin maupun yang Junior seperti Eggsy, sialnya ternyata Eggsy tidak lulus pelatihan demi seekor anjing.


Film ini merupakan adaptasi bebas dari komik berjudul 'The Secret Service' karya Dave Gibbons dan Mark Millar. Jujur saja, saya merasa film ini mengolok-olok film-film James Bond tapi dengan cara yang cerdas dan stylish. Visualisasinya memukau terutama koreografi adegan aksinya, penceritaan yang disajikan pun sangat menarik,  ada drama, komedi dan action, semua mengalir dengan baik dan enak untuk dinikmati dari awal hingga akhir. Performa semua pemain sangat bagus terutama Colin Firth yang penampilannya gak kalah apik dari James Bond, dan ia dulu pernah disebut-sebut sebagai kandidat pemeran agen rahasia 007. Mark Hamill yang namanya muncul di komiknya juga ikut tampil sebagai cameo (jika Anda bisa mengenalinya). Firth, Strong dan Jackson terlihat sangat enjoy dengan peran mereka di film ini. Overall film Kingsman ini jelas lebih brutal dari film - film 007 dan jadi salah satu hiburan paling seru yang pernah saya lihat...

It scores 8 outta 10!


Sunday, February 15, 2015

Stonehearst Asylum; crazies takes over

Film Stonehearst Asylum karya sutradara Brad Anderson ini dadasari pada sebuah kisah cerpen klasik karya Edgar Allan Poe yang berjudul 'The System of Doctor Tarr and Professor Fether" yang diterbitkan tahun 1845. Bersetting tahun 1899 di daerah Inggris, Dr. Edward Newgate (Jim Sturgess) datang ke Stonehearst Asylum, sebuah rumah sakit jiwa yang jauh dari mana-mana untuk belajar dan memperdalam ilmu kejiwaan yang sedang ia pelajari. Dengan persetujuan pimpinan RSJ Dr. Silas Lamb (Ben Kingley), Edward diperbolehkan belajar di tempat yang menurutnya aneh ini, karena metode yang digunakan Dr. Lamb sangat berbeda dengan metode RSJ lainnya. Pertemuannya dengan Eliza Graves (kate Beckinsale) membuat Edward jatuh cinta dan setelah mengetahui bahwa ada yang salah dengan RSJ ini, ia mengajak Eliza untuk kabur, hanya saja Dr. Lamb tidak tinggal diam dan menyuruh anak buahnya untuk tidak membiarkan siapapun keluar dari Stonehearst Asylum hidup-hidup.
Untuk sebuah film bergenre thriller, film ini cukup menarik terutama dari segi visual yang menggambarkan kondisi awal abad 19. Penampilan para bintangnya yang cukup baik tidak dibarengi dengan penceritaan yang apik, kisahnya yang bertele-tele bisa membuat penonton kebosanan dan misteri yang ditampilkan juga kayaknya tidak bisa membuat kita terpaku. Yang menarik adalah plot twist di akhir film ini, saya yakin sebagian besar orang Indonesia sangat familiar dengan twist yang satu ini karena sering kali ditampilkan oleh group Srimulat maupun acara komedi lainnya. So.. lelucon tentang pasien rumah sakit jiwa ala Srimulat ternyata sudah ada sejak tahun 1845 dan kisah Edgar Allan Poe ini adalah buktinya meskipun kisah aslinya ini jauh dari lucu...

It scores 5 outta 10!