Tuesday, December 30, 2014

Paddington; luckiest bear in London

Sebuah ekspedisi seorang petualang Inggris ke pedalaman Peru mempertemukan sebuah keluarga beruang cerdas dengan hal-hal yang berbau modern dari London, hingga akhirnya beruang ini bisa mempelajari budaya manusia. Gempa besar yang terjadi di Peru meruntuhkan sarang mereka sehingga beruang yang paling kecil berangkat ke London untuk mencari rumah yang baru. Keluarga Brown menemukan beruang ini distasiun kereta dan beruang tersebut dinamakan sesuai dengan nama stasiunnya, Paddington. Keluarga Brown bersedia menampung Paddington untuk sementara hingga ia menemukan rumah barunya tapi sayangnya beruang kecil ini lebih banyak membawa masalah, bahkan ada seseorang yang berniat ingin menculik paddington demi membalas dendam.

Film Paddington karya sutradara Paul King ini merupakan kombinasi live action dan CGI yang diangkat dari buku anak-anak karangan Michael Bond. Bukunya yang pertama terbit tahun 1958 (klo gak salah) dan sejak itu banyak kisah tentang Paddington dalam bentuk komik maupun film seri kartun. Awalnya suara Paddington diisi oleh Colin Firth namun dianggap tidak cocok hingga akhirnya digantikan oleh Ben Wishaw dan keputusan ini cukup jitu. Wishaw memberikan nyawa bagi Paddington sehingga beruang ini tampil apik secara keseluruhan. Visualisasinya juga sangat bagus dan detail ditambah dengan cerita yang ringan dan pemain pendukung yang tampil memikat maka film Paddington ini menjadi paket komplit hiburan keluarga yang wajib Anda saksikan. Anak-anak akan terhibur dengan kelucuannya dan para orangtua bisa mengambil beberapa insight tentang family value.

It scores 8 outta 10!


Posted via Blogaway

Monday, December 22, 2014

The Battle of The Five Armies; an epic closure!

Tak terasa sudah tiga tahun berturut turut kita menikmati petualangan Bilbo Baggins dkk di Middle Earth. Langsung melanjutkan ending film Desolation of Smaug, kita diajak untuk melihat kondisi Erebor pasca kematian sang naga. Thorin (Richard Armitage) yang merasa sudah menjadi raja kini berubah menjadi congkak akibat pengaruh emas yang ada dalam Erebor dan kelakuannya ini dengan segera menjadi pemicu peperangan yang akan memakan banyak korban jiwa.

Sutradara Peter Jackson memiliki visi yang luar biasa jika menyangkut dunia Middle Earth karya penulis JRR Tolkien, pengalaman dalam membuat trilogi Lord Of The Ring memberikan nilai tambah untuk The Hobbit. Khusus untuk The Battle of The Five Armies, kayaknya lebih tepat disebut sebagai jembatan menuju kisah LOTR karena banyak sekali referensi LOTR yang muncul disini. Yang paling menonjol adalah karakter Legolas yang diperankan Orlando Bloom, ia diberikan kesempatan yang cukup banyak untuk eksis difilm ini termasuk adegan akrobatiknya yang cukup seru. Sebagai penutup trilogi The Hobbit, film ini memebrikan hiburan yang apik meskipun terasa cukup pendek durasinya, i wanna see more...! Pastinya akan terasa lebih indah jika film ini disaksikan back to back 3 episode sekaligus and i will..! Jika Anda penggemar The Hobbit saya sarankan untuk menyaksikan dulu film pertama dan kedua agar bisa menikmati film ini.

It scores 8 outta 10!


Posted via Blogaway

Thursday, December 11, 2014

Before I Go To Sleep; 50 first date of thriller

Christine Lucas (Nicole Kidman) adalah wanita berusia 40 tahun yang mengalami psychogenic amnesia akibat kecelakaan yang terjadi di masa lalu. Setiap hari saat bangun tidur ia tidak akan ingat apa yang terjadi di hari kemarin dan sebelumnya. Chris didampingi Ben (Colin Firth) sang suami yang setia merawatnya. Ben memberikan catatan post it dan foto di dinding untuk mengingatkan Chris setiap hari bahwa mereka adalah pasangan yang sudah menikah selama 14 tahun. Dr. Nasch (Mark Strong) adalah dokter neuropsychologist yang sedang merawat Chris, setiap pagi ia akan menelepon untuk mengingatkan bahwa Chris memiliki rekaman video dirinya yang direkam setiap hari untuk membantu memulihkan ingatannya. Dari rekaman video inilah Chris mengetahui ada sesuatu yang janggal, ingatannya hilang bukan karena kecelakaan melainkan percobaan pembunuhan.

Film thriller Before I Go To Sleep ini disutradari oleh Rowan Joffe berdasarkan novel karya S.J. Watson. Kisahnya mengingatkan saya pada film komedi 50 First Date yang dibintangi Adam Sandler dan juga film Memento karya Chris Nolan. Thrillernya cukup efektif, penonton akan terpaku untuk mengetahui siapa penjahatnya, apakah Ben atau Dr. Nasch? (Pilihannya ya cuma dua itu). Penampilan Kidman dan Firth cukup bagus, sayangnya kisah film ini tidak memberikan mereka kesempatan untuk bisa berkembang, dan ini sering terjadi ketika sebuah novel diangkat menjadi naskah film yang kurang apik. Ada beberapa plot holes yang mengganggu, mungkin kita diminta untuk membaca novelnya jika ingin tahu lebih detail. Jika dibandingkan dengan 50 First Date yang menghibur dan Memento yang keren abis maka Before I Go To Sleep sama sekali tidak istimewa alias biasa ajah...

It scores 5 outta 10!


Posted via Blogaway

Wednesday, December 10, 2014

Exodus: an epic tale of Gods and Kings

Saya rasa semua orang tahu tentang kisah nabi Musa karena hampir semua agama menceritakan kisah ini sebagai bagian dari pembelajaran akhlak dan salah satu perubahan signifikan yang pernah terjadi dalam kehidupan manusia. Film Exodus: Gods and Kings karya sutradara Ridley Scott ini juga menceritakan tentang kisah nabi Musa dalam membebaskan kaum Yahudi dari perbudakan yang dilakukan raja Firaun, hanya saja ada beberapa perbedaan yang menarik terutama jika dibandingkan dengan film versi Cecil B. DeMille yang berjudul The Ten Commandments.

Meskipun keotentikan kisahnya diragukan (jika merefer pada kitab suci), film ini menawarkan visualisasi yang luar biasa indah dan detail dengan production design yang memukau serta terlihat tidak main main. Durasi 2,5 jam sebenarnya terasa tidak cukup dalam menceritakan kisah nabi Musa, itu sebabnya saya merasa ada kekurangan dalam pendalaman karakter Moses (Christian Bale) dan Ramses (Joel Edgerton). Mungkin nanti pada saat rilis dalam bentuk home video saya bisa menikmati versi final cut nya yang berdurasi 4 jam. Ridley Scott memberikan gambaran 'logis' tentang beberapa event yang terjadi dalam kisah ini, seperti wabah yang terjadi di Mesir yang disebabkan oleh bianatang dan terbelahnya laut merah bukan karena nabi Musa menghentakkan tongkatnya tapi karena adanya Tsunami yang membuat laut menjadi surut sementara. Overall.. film ini adalah film yang indah dalam visualisasi meskipun tidak sehebat film Gladiator dan The Ten Commandments. Dan film ink wajib Anda saksikan di layar lebar selebar mungkin yang bisa Anda temukan demi merasakan sensasinya.

It scores 8 outta 10!


Posted via Blogaway

The Pyramid; one of the worst movie of the year

Holden (Denis O'Hare) dan Nora (Ashley Hinshaw) adalah ayah dan anak yang memiliki ketertarikan yang sama pada dunia arkelogis, bedanya dimetode yang kini mereka lakukan, Holden lebih oldschool lebih suka berkutat dengan tanah dan debu sedangkan Nora lebih suka menggunakan metode canggih dengan memanfaatkan satelit. Sebuah piramid unik telah ditemukan di Mesir yang posisinya terkubur dengan dalam, unik karena piramid ini hanya memiliki 3 sisi, bukan 4 sisi seperti piramid lainnya yang ada di atas permukaan tanah. Karena saat itu sedang pecah kerusuhan di Mesir maka Holden dan Nora diperintahkan untuk segera pulang. Rasa keingintahuan yang besar ternyata tidak bisa membendung mereka untuk masuk ke dalam sebelum mereka pulang, hasilnya bisa ditebak karena keluar dari piramid tersebut tidak semudah saat mereka masuk.

Singkat kata, The Pyramid karya sutrdara Gregory Levasseur ini merupakan salah satu film paling buruk tahun ini. Akting semua pemain payah, ceritanya dangkal dan dibuat-buat, teknik sinematografinya tidak konsisten (baca: kacau!) karena awalnya saya pikir film ini menggunakan konsep found footage tapi ternyata campuran dan spesial efek CGI-nya terlihat murah(an). Untuk sebuah film bergenre horor The Pyramid tidak menakutkan tapi menggelikan.

It scores 3 outta 10!


Posted via Blogaway

Tuesday, December 9, 2014

Penguins of Madagascar; a good spinoff

Penguins of Madagascar dibuka dengan menceritakan 3 ekor pinguin yang menggemaskan dan lucu namun memiliki pikiran yang berbeda dari kelompoknya. Skipper (Tom McGrath), Kowalski (Chris Miller) dan Rico (Conrad Vernon) yakin mereka diciptakan untuk suatu hal yang lebih penting, seperti misalnya menyelamatkan sebuah telur pinguin yang menetas bernama Private (Christopher Knights) hingga akhirnya melengkapi team mereka menjadi 4 personil. Terdampar disebuah bongkahan batu es membuat mereka hanyut jauh dari tempat kelahiran mereka untuk menemukan petualangan baru, dan petualangannya dimulai dari ending film Madagascar: Europe's Most Wanted.

Bagi penggemar seri Madagascar pasti sudah tidak asing dengan 4 pinguin ini, mereka bahkan punya serial televisi sendiri di stasiun Nickolodeon hingga akhirnya Dreamworks memutuskan untuk mengangkat mereka ke layar lebar. Spin off pinguin ini menurut saya cukup berhasil, mereka sudah pasti akan menjadi icon idola kartun baru dan kemungkinan sequel agar Dreamworks bisa menambah pundi-pundi Dollarnya. Selain para pinguin, tokoh Dave (yang suarakan dengan apik oleh John Malkovich yang baru pertama kali mengisi suara dalam film animasi) bisa mencuri perhatian, sementara karakter lainnya hanya sekedar tempelan, sangat disayangkan padahal ada talent hebat seperti Benedict Cumberbatch yang mengisi suara pimpinan North Wind bernama Classified. Teknik animasinya cukup baik dan ceritanya sederhana, anak-anak maupun orang dewasa akan terhibur dengan balutan komedinya disepanjang film. Bahkan mungkin ada pelajaran yang bisa dkita ambil tentang bagaimana menempatkan diri kita dalam sebuah team untuk menghasilkan sebuah sinergi. And for that.. try to be a penguin...!

It scores 7 outta 10!


Posted via Blogaway

Monday, December 8, 2014

The Rover; Dystopia in Australia

Bersetting 10 tahun setelah kejadian 'The Collapse', (kayaknya) yang merupakan kehancuran dunia ekonomi secara global, seorang pria yang sangat galau (namanya Eric tapi gak pernah disebut dalam film, diperankan oleh Guy Pearce) kehilangan mobil sedan miliknya karena dicuri 3 orang bandit, Caleb, Archie dan Henry. Tak suka mobilnya dicuri maka Eric memburu mereka untuk mendapatkan mobilnya kembali. Dijalan ia bertemu dengan Rey (Robert Pattinson), adik kandung Henry yang ditinggal dijalan saat baku tembak dengan pihak militer. Eric dan Rey melakukan road trip untuk menemukan mobil sedan yang dicuri Henry dan komplotannya, di sepanjang perjalanan inilah terjadi hubungan emosional yang unik antara Eric dan Rey yang agak terbelakang mentalnya.

Film karya sutradara David Michod bisa disebut sebagai drama western dengan nuansa modern bersetting di benua Australia, sebuah road trip dengan dua karakter yang unik. Guy Pearce tampil lumayan sebagai pria yang telah kehilangan segalanya serta tampil murung disemua adegan. Robert Pattinson juga mencuri perhatian sebagai pemuda dengan keterbelakangan mental. Dua pria ini sebenarnya bisa menjadi character study yang menarik, sayangnya naskah karya Michod dan Joel Edgerton ini lebih fokus pada kekerasan ketimbang pendalaman karakter. Bila Anda bukan pecinta drama maka film ini bisa dilewatkan jika tidak ingin mengantuk karena kebosanan.

It scores 4 outta 10!


Posted via Blogaway

Wednesday, December 3, 2014

Automata; like a bad version of i,Robot in the District 9

Sutradara asal Spanyol Gabe Ibanez mengarahkan Antonio Banderas dalam sebuah film science fiction berjudul Automata. Di tahun 2044 terjadi penurunan populasi manusia di planet Bumi akibat radiasi solar flare dari matahari. Manusia yang bisa bertahan hidup membuat robot-robot yang disebut Pilgrim untuk mencoba membuat penangkal untuk menangani radiasi meskipun akhirnya gagal. Pilgrim dibuat oleh perusahaan bernama ROC dan kini para robot pilgrim bertugas melakukan pekerjaan buruh dan menjadi asisten rumah tangga. Semua robot memiliki 2 aturan utama yang tidak bisa dilanggar, pertama; mereka tidak boleh menyakiti manusia, kedua; mereka tidak bisa memperbaiki dirinya sendiri jika rusak. Jacq Vaucan (Antonio Banderas) adalah seorang penyidik asuransi yang bekerja di ROC, ia menemukan fakta bahwa ada robot yang bisa memperbaiki dirinya sendiri. Hal ini tidak bisa ditolerir oleh perusahaan karena akan menimbulkan kekacauan dan Jacq harus mencari tahu siapa biang keladinya.

Awalnya film ini mengingatkan saya pada film i,Robot yang dibintangi Will Smith, sayangnya Automata tidak sehebat itu. Kisahnya terlalu banyak plot holes meskipun secara visual cukup menarik, gambaran kotanya yang unik meskipun (sekali lagi) mengingatkan saya pada beberapa film sci-fi yang sudah ada. Selain sebagai produser film ini, Banderas tampil cukup lumayan sebagai pemain utama meskipun tidak ada kesempatan untuk pendalaman karakternya, sedangkan karakter lainnya hanya berkesan tempelan kecuali robot bernama Cleo yang 'unik'. Jika Anda pecinta genre science fiction maka film ini hanya akan mengingatkan Anda pada film-film sci-fi lain yang sudah pernah ada, bedanya adalah film ini dieksekusi dengan buruk, jadi siap-siaplah untuk mengantuk...

It scores 4 outta 10!


Posted via Blogaway

Dumb & Dumber To; 19 years too late for a sequel

Tepat 20 tahun yang lalu ada sebuah film komedi yang jadi hit serta membuat nama Jim Carrey melejit, bukan The Mask dan bukan Ace Ventura yang kebetulan sama-sama rilis tahun 1994, melainkan Dumb and Dumber. Lloyd Christmas (Jim Carrey) dan Harry Dunne (Jeff Daniels) adalah dua orang sahabat yang sangat kompak (kebodohannya). Setelah ditinggal Mary Swanson (lihat lagi film pertamanya), Lloyd tinggal dirumah sakit jiwa selama 20 tahun dan selama 20 tahun setiap seminggu sekali Harry selalu setia menjenguk Lloyd di RS. Kunjungan Harry kali ini agak berbeda karena Harry ingin berpamitan demi mencari donor ginjal yang ia butuhkan untuk dirinya. Sebuah surat yang sudah lama tersimpan di rumah orang tua Harry menunjukkan bahwa Harry memiliki seorang putri dan perjalanan mencari putri Harry yang hilang pun dimulai.

Jeda selama 20 tahun seakan tidak terasa di film ini, mungkin karena hampir semua orang yang terlibat di film pertamanya ikut berpartisipasi di film Dumb and Dumber To. Dua bersaudara Peter dan Bobby Farrelly duduk di kursi sutradara mengarahkan kembali duo Jim Carrey dan Jeff Daniels. Kedua aktor ini menurut saya cukup konsisten dan apik dalam memerankan karakter Lloyd dan Harry yang sok tahu dan bodohnya gak ketulungan. Sayangnya naskah film ini tidak sekuat performance kedua bintangnya, menurut saya materi komedinya sudah basi kecuali jika film ini dirilis setahun setelah film pertamanya rilis. Sekedar catatan, ada beberapa komedi sejenis ini yang lebih up to date, seperti Anchorman misalnya. Selama 20 tahun ada perubahan selera komedi yang cukup signifikan dalam dunia film (Hollywood) dan Farrelly Brothers tetap kekeuh mempertahankan komedi yang sama dengan film pertamanya, malahan bisa dibilang Dumb and Dumber To merupakan copy paste yang sama persis dengan pendahulunya dan hasilnya cukup membosankan. Selain karena materi komedi yang basi, film sequelnya ini tidak terasa membumi seperti film pertama, banyak kebodohan mereka yang agak out of context kalo gak mau dibilang aneh, perhatikan adegan mandi yang membuat tubuh mereka menyala karena radiasi serta adegan menghindari angin tornado. Overall.. this movie only works for the sake of nostalgia, selain itu Anda tidak akan mendapat apa-apa kecuali kenangan / daydreaming adegan-adegan lucu dari film pertama (yang masih membekas di kepala saya).

It scores 4 outta 10!


Posted via Blogaway