Friday, November 28, 2014

The Hunger Games: Mockingjay part 1

Langsung melanjutkan dari film Catching Fire, Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) kini berada di Districk 13 pimpinan presiden Alma Coin (Julianne Moore). Katnis diselamatkan dari kegiatan Hunger Games demi untuk dijadikan simbol pemberontakan terhadap Capitol pimpinan presiden Snow (Donald Sutherland). Katniss bersedia menjadi Mockingjay dengan syarat agar presiden Coin menyelamatkan Peeta Mellark (Josh Hutherson) yang menjadi tawanan presiden Snow. Dengan bantuan Plutarch Heavensbee (mendiang Philip Seymour Hoffman) Katniss diekspose melalui video-video propaganda yang disebarkan ke semua distrik agar terjalin persatuan antar distrik dalam melawan Capitol. Dan perang pun  dimulai...

Well, sebenarnya sih gak dimulai dalam part 1 ini karena film ini kayaknya sebagai pengantar untuk event yang lebih besar di part 2. Berhubung saya belum pernah baca bukunya maka saya juga nggak tahu seberapa besar skala peperangannya. Tapi jika melihat part 1 ini saya jelas tertarik untuk mengetahui kelanjutan perjuangan Katniss dan kawan-kawan di part 2. Sutradara Francis Lawrence yang juga menggarap Catching Fire berhasil memberikan 'pengantar' atau pembuka dari seri penutup Hunger Games dengan baik. Mengikuti resep Harry Potter yang memisahkan chapter terakhir ini menjadi 2 bagian menurut saya terlihat sangat 'mata duitan', karena ya sebenarnya bisa dimampatkan dalam satu film yang mungkin durasinya bisa dibuat lebih panjang. Sebenarnya akan lebih fair jika penilaian film ini dilakukan setelah menyaksikan part 2 tahun depan, tapi overall cukup menarik dan mengundang penasaran bagi penggemar Hunger Games yang belum membaca bukunya.

It scores 8 outta 10!


Posted via Blogaway

Tuesday, November 25, 2014

Nightcrawler; Psycho behind camera

Nightcrawler merupakan istilah bagi para wartawan video freelance untuk merekam momen-momen yang terjadi dimalam hari dan bisa dijual ke stasiun televisi untuk menjadi bahan berita, sebagian besar momen yang dimaksud dalam film ini adalah kejadian kriminal yang terjadi di Los Angeles. Louis Bloom (Jake Gyllenhaal) adalah pria pengangguran yang mencari uang dengan cara apapun termasuk mencuri. Sebuah kecelakaan yang ia lihat dijalan membuat ia sadar bahwa ada sebuah profesi yang disebut nightcrawling yang berpotensi menghasilkan uang banyak. Semakin tertarik, Lou mendalami kegiatan ini dengan cara otodidak bahkan merekrut seorang tunawisma (Riz Ahmed) untuk menjadi asistennya dalam memburu kejadian kriminal lalu menjual videonya ke sebuah stasiun lokal WKLA melalui seorang produser  bernama Nina (Rene Russo). Rating stasiun tivi ini naik berkat video besutan Lou namun lama kelamaan Lou harus mengikuti kenginan rating sehingga membuat Lou terlibat langsung dengan kejadian kriminal yang direkamnya.

Sutradara Dan Gilroy cukup apik meramu kisah drama thriller ini dengan sinematografi yang menarik serta sarat dengan muatan kritik sosial tentang rating dan kekerasan dalam tayangan televisi yang menurut saya sih karena memang demand dari penonton, if it bleeds.. it leads. Selain cerita yang bagus, kelebihan lain film ini ada pada akting Jake Gyllenhaal dalam memerankan karakter Lou Bloom yang 'unik'. Bila Anda mencari hiburan bergaya noir bernuansa thriller maka film ini wajib ditonton. 

It scores 8 outta 10!


Posted via Blogaway

Tuesday, November 18, 2014

Big Hero 6; Disney (& Marvel) new superheroes!

Hiro Hamada (Ryan Potter) adalah anak berusia 14 tahun yang jenius, pintar membuat robot tapi mempraktekkannya di jalur yang salah dengan cara adu robot 'botfighting' menggunakan uang sebagai taruhan. Tadashi Hamada (Daniel Henney), kakaknya Hiro mengajaknya ke kampus tempat ia ber-eksperimen membuat robot dengan teman-temannya, Fred (TJ Miller), GoGo (Jamie Chung), Wasabi (Damon Wayan Jr) dan Honey Lemon (Genesis Rodriguz) dibawah arahan profesor Callaghan (James Cromwell). Karena sangat ingin masuk dan diterima dalam program robotiknya profesor Callaghan, Hiro harus bisa membuat sebuah presentasi robot yang bagus dan memukau. Sayangnya sebuah kebakaran menghancurkan nanobot kreasi Hiro dan menewaskan sang kakak, Tadashi dan juga profesor Callaghan. Setelah bertemu dengan Baymax (Scott Adsit) yang merupakan robot perawat yang diciptakan Tadashi sebelum meninggal, Hiro mengetahui bahwa kecelakaan yang menewaskan kakaknya merupakan kejadian yang disengaja. Dengan bantuan teman-teman Tadashi, Hiro bertekad untuk menemukan pembunuh kakaknya yang menggunakan topeng kabuki di setiap aksinya.

Awalnya tidak banyak yang tahu kalau film Big Hero 6 yang dirilis Disney ini merupakan karakter jagoan dari komik milik Marvel, jika Anda jeli Anda akan melihat penampakan Stan Lee di dinding rumah Fred. Teknik animasinya juara dan kelebihannya bukan cuma itu tapi juga dari sisi storytelling yang sangat menarik dan emosional, meskipun hubungan Hiro dan Baymax mengingatkan saya pada Hiccup dan Toothless dari film How to Train Your Dragon namun overall bisa memberikan karakterisasi yang kuat tanpa terlihat mencontoh. Big Hero 6 sempat jadi perseteruan sengit antara Disney dan Marvel karena konsep awalnya kisah ini ditujukan untuk audience yang lebih dewasa. Akhirnya film ini jelas menjadi batu loncatan bagi Marvel dalam merangkul fans yang jauh lebih muda, thanks to Disney for that! Banyak insight yang bisa didapat penonton dewasa dan banyak pelajaran tentang kehidupan yang bisa diajarkan ke anak-anak Anda. Salah satunya adalah jadi superhero itu tidak melulu harus menggunakan kekuatan seperti Superman tapi bisa juga menggunakan akal serta otak kita dalam membuat sesuatu yang berguna bagi diri kita dan orang lain. Selain itu para orangtua juga musti siap merogoh kocek tambahan karena anak-anak pasti sangat ingin memiliki boneka Baymax yang imut dan lucu itu untuk dipeluk....

It scores 8 outta 10!


Posted via Blogaway

Thursday, November 6, 2014

Interstellar offers you a beautiful cinematic experience!

Buat saya pribadi, film yang bagus adalah film yang bisa membuat kita berdiskusi panjang lebar bahkan ketika filmnya sendiri sudah tidak tayang di layar lebar, beberapa film yang saya maksudkan lahir dari karya sutradara Christopher Nolan, film seperti Memento, The Prestige dan Inception membuat kita membicarakan tentang beberapa teori dan kemungkinan-kemungkinan ilmiah yang secara tidak langsung membuat saya bertambah pengetahuannya. Tahun ini Nolan merilis sebuah film bergenre science fiction berjudul Interstellar yang sudah sangat dinanti-nanti para pecinta sinema serta menunggu kejutan apa lagi yang akan dipresentasikannya.

Well.. actually.. jika Anda berharap ada sesuatu yang heboh seperti dalam film Inception dan The Dark Knight trilogy, kemungkinan Anda akan sedikit kecewa, tapi peluang untuk diskusi panjang lebar tadi tetap terbuka. Kisahnya tentang seorang petani jagung bernama Cooper (Matthew McConaughey) yang mantan pilot NASA yang sudah tidak aktif karena planet Bumi terkena musibah The Blight (musibah ini benar pernah terjadi di Amerika meskipun dalam skala kecil). Akibat musibah ini semua makhluk hidup terancam punah termasuk umat manusia. Cooper diminta NASA untuk melakukan ekplorasi ke galaksi lain melalui sebuah wormhole yang ditemukan dekat planet Saturnus, tujuannya adalah menemukan planet baru agar umat manusia bisa pindah ke planet baru tersebut, titik. Plotnya tidak akan saya detailkan karena saya ingin Anda menyaksikan langsung sendiri kisahnya di layar lebar.

Drama yang diangkat dari keluarga Cooper cukup menyentuh dan teori-teori tentang wormhole dan blackhole sangat menarik untuk ditelusuri lebih jauh, meskipun buat beberapa orang mungkin agak njelimet. Saya sarankan Anda benar-benar memperhatikan alur kisahnya supaya bisa nyambung dengan (beberapa) twist yang muncul belakangan. Faktor cerita memang menjadi salah satu poin kekurangan film ini namun semua hal itu bisa terobati dengan visualisasi yang memukau dan performance juara para bintangnya. Penampilan yang paling memorable mungkin adalah robot yang disuarakan Bill Irwin bernama TARS, bentuknya kotak seperti tokoh game Minecraft dan komentar-komentar bawelnya bisa menghidupkan suasana. Penceritaan Interstellar memang tidak sehebat Memento, karakternya tidak sekompleks The Dark Knight dan lapisan ceritanya tidak mind blowing seperti Inception namun Interstellar menawarkan sesuatu yang berbeda dan indah untuk disaksikan. Film seperti inilah yang membuat saya jatuh cinta pada sinema. Interstellar is giving me another beautiful and thrilling cinematic experience since Alfonso Cuaron's Gravity. Overall.. I encourage you to see this Awesome movie in the biggest screen possible! (IMAX please..!) And then maybe... maybe we can talk about the future of mankind...

It scores 9 outta 10!


Posted via Blogaway

Wednesday, November 5, 2014

The Last Days on Mars; Zombies in red planet

Planet Mars merupakan planet yang paling sering dijadikan setting film, terutama genre science fiction. Entah karena planet Mars dekat dengan Bumi atau memang kondisi disana yang sudah sangat familiar dengan warga planet kita? Selama ini manusia sering bertanya apakah ada kehidupan di planet Mars? Sudah banyak film yang mencoba memberikan ide tentang kehidupan di planet merah itu dan ide yang ditawarkan film John Carter-lah yang sampai saat ini paling saya sukai. Kalau John Carter ber-genre action fantasy maka film The Last Days on Mars karya sutradara Ruairi Robinson ini lebih ke genre horor thriller. Dalam waktu 19 jam, kru beranggotakan 8 orang pimpinan Brunel (Elias Kotias) yang sudah menjalankan misi di planet Mars selama 6 bulan akan kembali ke Bumi. Pada saat mereka harus melakukan briefing untuk kembali ke Bumi, Marko (Goran Kostic) mendadak meminta izin kepada Brunel untuk keluar dari base untuk memeriksa sesuatu. Marko ternyata menemukan apa yang mereka cari selama ini di planet Mars, sebuah bentuk kehidupan mikroskopik, hanya saja ia tidak bersedia memberikan informasi itu kepada kru yang lain. Sebuah kecelakaan membuat Marko terkontaminasi penemuannya dan merubahnya menjadi zombie. Karena kejadian ini kru yang lain harus berusaha menyelamatkan diri sebelum terinfeksi dan berubah menjadi zombie.

Secara visual film ini memberikan tampilan yang cukup menarik meskipun ambience nya terasa sangat familiar (dengan film lain yang sejenis). Kisahnya sendiri kalau buat saya lebih mirip film Red Planet yang dibintangi Val Kilmer hanya tinggal menambahkan zombie dalam ceritanya. Meskipun semua aktornya tampil dengan baik, tapi karena tidak didukung dengan naskah yang bagus alhasil jadi terlihat sia-sia. Untuk sebuah film horor thriller, film ini termasuk membosankan karena jauh dari kesan seru dan menakutkan. Apalagi tema dan cerita yang diangkat tidak terlalu orisinil karena mengingatkan saya pada beberapa film lain yang sudah ada lebih dulu, jadi ya jangan terlalu berharap banyak dari film ini ya...

It scores 4 outta 10!


Posted via Blogaway

Sunday, November 2, 2014

The Book of Life; colourful story of Love, Life & Death

Yang membuat saya tertarik melihat film The Book of Life karya sutradara Jorge Gutierrez sebenarnya adalah nama idola saya Guillermo Del Toro yang kali ini duduk di kursi produser, dan ternyata saya tidak kecewa. Adegan dibuka dengan sekumpulan anak-anak badung yang berkunjung ke museum dengan berat hati, namun seorang tour guide wanita mengajak mereka untuk sebuah perjalanan yang berbeda dari biasanya. Alih-aih berkeliling museum mereka malah diceritakan tentang sebuah kisah kasih di 'Hari Kematian' atau dikenal dengan 'day of the dead' dalam kebudayaan Meksiko. Ketika Meksiko menjadi pusat alam semesta (??) ada sebuah kisah tentang 3 sahabat bernama Manolo (Diego Luna) si matador yang ingin jadi musisi, Joaquin (Channing Tatum) si pendekar tangguh dan Maria (Zoe Saldana) yang hidup di kota San Angel yang berada dibawah pengawasan jendral posada, ayahnya Maria. Sementara itu ada dua orang penguasa 'alam lain' yaitu La Muerte (Kate del Castillo) yang memimpin the land of the remembered (mirip surga) dan Xibalba (Ron Perlman) yang memimpin the land of the forgotten (mirip neraka), mereka bertaruh siapa yang akan menikahi Maria dan pemenangnya akan menyerahkan 'alam' yang mereka pimpin. Xibalba yang licik menggunakan trik yang merugikan semua pihak kecuali dirinya, bahkan menyebabkan pemuda yang dicintai Maria tewas terbunuh dan disaat yang sama kota San Angel diserang bandit pimpinan Chakal yang ganas.

Rencana awalnya di tahun 2007 film ini diberi judul Day of the Dead namun seiring dengan proses produksi judulnya dirubah menjadi The Book of Life. Visualisasinya terutama dalam hal warna sangat memanjakan mata, anak-anak sudah pasti akan menyukainya meskipun mereka kemungkinan besar tidak akan mengerti jalan ceritanya. Cerita film ini menjadi salah satu kekurangan yang signifikan jika dibandingkan film animasi lain terutama buatan Disney atau Pixar. Kisahnya terlalu njelimet untuk anak-anak dan mungkin terlalu seram bila orang tua tidak mendampinginya. Yang menarik adalah dunia alam baka yang digambarkan dengan unik dengan konsep yang mirip surga dan neraka hanya saja istilahnya yang berbeda. Penggunaan istilah hantu dan mati digantikan dengan kata lain seperti the remembered dll. Lagu-lagunya juga enak didengar, favorit saya adalah versi akustik dari lagu creep yang dinyanyikan Manolo yang dulu dipopulerkan oleh Radiohead. Overall film animasi ini sangat menghibur dan kebetulan saya menyaksikan versi 4DX3D nya di bioskop Blitmegaplex MOI sehingga terasa jauh lebih seru. Anak-anak akan belajar tentang baik vs buruk dan para orang tua yang sudah memiliki rencana untuk anaknya mungkin akan sadar bahwa apa yang diinginkan sang anak juga perlu dipertimbangkan demi masa depannya.

It scores 7 outta 10!


Posted via Blogaway

Saturday, November 1, 2014

Ouija

Hasbro adalah produsen mainan yang menuai sukses besar sejak film Transformers dirilis, bahkan beberapa mainan lainnya milik Hasbro seperti GI Joe dan Battleship pun sudah difilmkan meskipun hasilnya cukup parah. Kini satu lagi mainan Hasbro yang rilis di layar lebar dengan genre horor, sebuah papan permainan yang katanya bisa untuk berkomunikasi dengan orang yang sudah meninggal, papan Ouija namanya. Film Ouija ini disutradarai Stiles White dan nama besar Michael Bay (yang membuat film Transformers) dan Jason Blum ada di jajaran produser. Kisahnya sih cukup basi, Debbie (Shelley Hennig) tewas bunuh diri setelah bermain Ouija dan teman-teman dekatnya terpukul serta tidak percaya atas kematian Debbie terutama Laine (Olivia Cooke) dan Pete (Douglas Smitvh) kekasih Debbie yang yakin bahwa ada hal lain yang membuatnya tewas. Ketika mereka tahu bahwa papan Ouija yang ditinggal Debbie bisa membuat mereka berkomunikasi dengan arwahnya, semua sudah terlambat dan ternyata yang mereka ajak bicara melalui papan Ouija selama ini bukanlah Debbie tapi arwah lain yang punya maksud jahat dengan cara membunuh mereka satu persatu.

Sounds familiar? ya karena memang mirip sekali dengan puluhan kisah horor lainnya yang sudah pernah ada. Seharusnya Hasbro belajar dari kesuksesan Lego dalam membuat kisah yang bagus dari sebuah mainan. Overall tidak ada hal baru yang ditawarkan film ini, memang ada beberapa adegan yang bikin kaget, tapi dengan cara yang sangat klise dan sudah pernah saya lihat di beberapa film horor lain. Performance para bintangnya pun tidak ada yang istimewa meskipun Olivia Cooke terlihat berusaha berakting dengan baik meskipun dengan naskah yang payah. Jika Anda suka film horor yang klise ya silahkan ditonton, kalau buat saya pribadi sih buang-buang waktu.. *sigh*

It scores 4 outta 10!


Posted via Blogaway