Wednesday, October 29, 2014

John Wick; simple and AWESOME!

John Wick (Keanu Reeves) adalah seorang pembunuh bayaran profesional yang pensiun dari pekerjaannya demi hidup damai dengan sang istri, Helen (Bridget Moynahan). Ketika istrinya meninggal karena sakit, John larut dalam kesedihan hingga suatu hari datang sebuah hadiah terakhir yang sempat dikirim Helen sebelum ia wafat, seekor anjing kecil bernama Daisy. John dan Daisy mulai akrab hingga suatu saat seorang mobster Rusia bernama Iosef (Alfie Allen) mencuri mobil John dan membunuh Daisy. John yang murka memburu Iosef yang ternyata anak dari gangster Rusia paling berpengaruh di New York, Viggo (Michael Nyqvist), kucing-kucingan antara John dan Iosef pun tak terhindari dan semua yang menghalangi John akan tewas di tangannya.

So.. John Wick membunuh orang dengan membabi buta karena seekor anjing? Yup..!!
Dipertengahan film nanti Anda akan tahu alasannya.

Film perdana karya Sutradara Chad Stahelski (dan David Leitch) ini digarap dengan apik, mereka berdua adalah mantan stuntman yang pernah kerja bareng dengan Keanu Reeves di film The Matrix. Makanya semua adegan action di film ini terlihat sangat keren karena di koreografikan dengan sangat ciamik sehingga enak dilihat. Salah satu kelebihan film ini juga ada di cerita, kisahnya sangat simpel dan gak berlebihan sehingga Anda gak perlu berfikir keras untuk mengerti jalan ceritanya. It's just a guy who kill another guy for revenge.. that's it! Semua pemain yang tampil di film ini terlihat sangat menikmati peran mereka sehingga adegan demi adegannya enak untuk dilihat. Saya selalu menganggap Keanu Revees itu gak bisa berakting tapi gak bisa dipungkiri juga kalau ia bisa menjadi jagoan yang tampil dengan sangat baik dalam perannya di beberapa film sehingga memorable bagi siapapun yang pernah menyaksikan aksinya, masih ingat film Speed dan The Matrix Trilogy? Sama halnya dengan film John Wick, Keanu tampil lebih baik ketika ia beraksi, bukan pada saat ia melakukan dialog dan itulah serunya... film ini minim dialog dan penuh adegan aksi yang sangat seru. If you love action movies, John Wick is a must see..!!

It scores 8 outta 10!


Posted via Blogaway

Fury; Brad Pitt vs Hitler (again)

Bersetting saat Perang Dunia kedua, bulan April 1945, Sersan Don 'Wardaddy' Collier (Brad Pitt) memimpin kru sebuah tank (tanknya bernama Fury) yang terdiri dari Bible (Shia LaBeouf), Gordo (Michael Pena) dan Coon Ass (Jon Berenthal). Salah satu anggota mereka tewas dan digantikan oleh prajurit baru yang tidak punya pengalaman berperang, Norman Ellison (Logan Lerman). Mereka berlima menjadi salah satu team di kesatuan tank yang mengiringi pasukan sekutu untuk menggempur tentara Nazi di Jerman. Misi demi misi mereka lalui dengan selamat, bahkan Norman yang semula ketakutan kini malah bersinergi dengan kru lainnya untuk bertekad membunuh tentara Nazi sebanyak mungkin. Misi terakhir mereka adalah mengalahkan 300 tentara SS infantry anggota Nazi tanpa support dari kesatuan lain, ya karena kesatuan lainnya sudah tewas lebih dulu, dengan kondisi Fury yang rusak akibat ranjau darat mereka harus mengatur strategi melawan tentara Nazi untuk terakhir kalinya.

Sutradara David Ayer cukup berhasil menggambarkan kisah perang ini dengan baik. Kelebihan film ini ada di sisi teknis, pengambilan gambar serta setting dan performance para pemainnya yang apik. Brad Pitt tampil sangat baik memerankan Don meskipun mengingatkan saya pada tokoh Aldo Raine yang ia perankan dalam film Inglorious Basterds, mungkin karena mereka berdua memiliki motivasi yang sama: membunuh Nazi sebanyak-banyaknya. LaBeouf, Pena dan Berenthal juga tampil ciamik dengan karakter masing-masing, bahkan Shia LaBeouf sengaja tidak mandi berhari-hari demi karakter yang ia perankan. Yang paling mencuri perhatian selain Brad Pitt (dan kumisnya Shia LaBeouf) adalah Logan Lerman, menurut saya ia sangat culun waktu memerankan Percy Jackson tapi di film ini ia tampil sangat baik memerankan Norman yang penakut hingga berubah jadi 'The Machine' yang dikagumi kru lainnya. Kekurangan film ini buat saya hanya ada di pendalam karakter yang sangat minim, yang saya tahu hanyalah semua kru Fury adalah bukan tentara Nazi, that's it. Overall film Fury adalah salah satu film perang yang tidak boleh dilewatkan karena bisa memberi kita pelajaran tentang perubahan dalam kehidupan (yang keras).

It scores 8 outta 10!


Posted via Blogaway

Monday, October 27, 2014

Dracula Untold; vampire with a bad twist

Salah satu film Dracula yang paling saya sukai adalah Bram Stroker's Dracula karya Francis Ford Coppola. Kini kisah versi barunya telah rilis dibawah arahan sutradara Gary Shore. Vlad (Luke Evans) adalah pemimpin Transylvania yang dikagumi rakyatnya dan ditakuiti musuhnya, namun ketika ia diminta untuk mengirimkan 1000 anak termasuk putranya untuk diajak berperang oleh pemimpin Turki bernama Sultan Mehmed (Dominic Cooper), ia menolak dan memilih untuk melawan kaum Turki. Rakyat Transylvania hanya rakyat jelata yang tidak memiliki keahlian bertempur sama sekali sehingga Vald memutuskan untuk meminta kekuatan supranatural dari seorang Master Vampire (Charles Dance) yang hidup di gunung agar bisa mempertahankan negaranya (seorang diri). Vlad harus menanggung konsekwensi berubah menjadi vampir jika ia tidak bisa memenuhi syarat yang diminta Master Vampire. Dengan kematian Mirena (Sarah Gadon) istri yang dicintainya maka menjadi vampir adalah satu-satunya cara untuk membalas dendam sekaligus menyelamatkan putranya yang diculik Mehmed.

Masih ingat dengan kisah putri salju yang diplesetkan dalam film Snow White & The Huntsman? Atau film Maleficent yang dirilis Disney tahun lalu? Mereka semua punya kesamaan konsep dengan Dracula Untold yaitu menceritakan "sisi lain" yang sebelumnya tidak pernah kita bayangkan.
Snow White as a kickass heroine? Okay that's fine!
Maleficent is a good mother? I can deal with that!
Tapi kalo Dracula ternyata adalah seorang suami dan ayah yang penyayang? Hell NO!! Bram Stroker's Dracula buat saya sampai saat ini masih menjadi gambaran yang paling mendekati sempurna untuk tokoh penghisap darah ini. Saya pribadi agak menolak konsep yang ditawarkan Gary Shore selain karena ceritanya yang terpleset terlalu jauh tapi juga eksekusi teknis yang kualitasnya jauh dari film Coppola yang dibintangi Keanu Reeves. Untuk sebuah reboot keluaran Universal Studio, film ini menggunakan spesial efek yang tidak spesial alias biasa banget kalo gak mau dibilang murahan. Malah film ini digadangkan sebagai pembuka dari Universal Monsters Shared Universe yang nantinya akan berisi Dracula, The Mummy, Werewolf dan monster lainnya, mungkin karena gak mau kalah dengan Marvel yang sukses mengumpulkan semua superheronya dalam The Avengers. Semoga film monster berikutnya bisa lebih baik sehingga pada saat semua berkumpul dalam satu layar, kisahnya bisa lebih seru dari The Avengers.

It scores 5 outta 10!


Posted via Blogaway

Thursday, October 23, 2014

Left Behind; when God forget about Nic Cage

Apa jadinya jika suatu hari semua anak-anak yang ada didunia lenyap begitu saja tanpa ada tanda-tanda tertentu dan tidak ada penjelasan yang masuk akal? Dan bukan hanya anak-anak tapi juga beberapa orang dewasa yang termasuk kategori orang baik ikut lenyap disaat yang sama. Jika Anda BENAR - BENAR PENASARAN, silahkan saksikan film ini. Saya sarankan Anda untuk melihat trailernya dulu di Youtube sebelum memutuskan untuk menontonnya di bioskop. Buat saya sih film lebih baik disaksikan di layar televisi atau rental untuk disaksikan dirumah daripada Anda tertidur di bioskop. Konsep film Left Behind besutan sutradara Nick Armstrong ini sebenarnya menarik, apalagi didasarkan pada salah satu petunjuk di kitab injil tentang kiamat. Sayangnya eksekusi secara keseluruhan menurut saya agak kedodoran, menyaksikan film ini serasa nonton opera sabun dengan tema religi. Kehadiran Nicolas Cage sama sekali tidak bisa menyelamatkan film ini dari kebosanan yang saya rasakan, aktingnya juga buruk, mungkin karena tidak diberi ruang untuk pendalaman karakter (dari naskah yang pas-pasan). Dari poster dan trailernya mungkin penonton akan berharap melihat film action, bersiaplah untuk kecewa karena ini film drama yang tidak digarap dengan serius. Hasilnya... ya Left Behind jadi salah satu film yang mudah dilupakan.

It scores 4 outta 10!


Posted via Blogaway

Tuesday, October 14, 2014

Annabelle; a lame spinoff

Adegan film ini dibuka dengan dialog yang (kayaknya) diambil dari film The Conjuring yang rilis tahun lalu. Jika Anda sudah nonton The Conjuring karya sutradara James Wan maka pasti tahu bahwa segmen pembukanya mengisahkan tentang sebuah boneka yang didiami makhluk halus. Kini boneka seram itu dibuat spinoff sekaligus prequel untuk film The Conjuring, judulnya Annabelle dibawah arahan sutradara John R. Leonetti dan James Wan sebagai salah satu produsernya. Mia (Annabelle Wallis) yang sedang hamil besar terbangun ditengah malam ketika mendengar ada kegaduhan di rumah keluarga Higgins yang berada persis disebelah. Saat Mia dan John (Ward Horton) memeriksanya, mereka menemukan tetangga mereka telah tewas dibunuh oleh sekte pemuja setan. Mia dan John selamat namun kayaknya arwah si pembunuh masuk ke dalam salah satu boneka koleksi Mia. Sejak itu banyak kejadian aneh terjadi hingga mereka memutuskan untuk pindah rumah dan membuang boneka Annabelle. Guess what..? Boneka itu ternyata mengikuti mereka ke rumah yang baru dan membuat teror yang lebih seram dari sebelumnya, bahkan pendeta Perez (Tony Amendola) yang dimintai bantuan nyaris tewas oleh Annabelle dan boneka itu tidak akan berhenti hingga ada nyawa yang melayang.

Overall film ini bisa dibilang mengecewakan jika Anda berharap Annabelle memiliki kualitas (horor) yang sama dengan The Conjuring. Semua pemain tampil dengan datar, ya maklum sih.. naskahnya juga tidak memberikan kesempatan mereka untuk mengembangkan karakternya. Kisahnya mudah ditebak dan cenderung membosankan. Yang menonjol justru boneka Annabelle yang bisa tampil memikat disetiap kesempatan, lha wong itu boneka penampilannya serem benerr.. dan kok ya ada orang yang mau koleksi boneka kayak gitu.. *sigh*
Satu hal lagi yang juga menarik justru kisah dibalik film ini. Selama syuting berlangsung ada beberapa kejadian supranatural yang cukup membuat kru pada merinding. Tahukah Anda kalau boneka Annabelle benar-benar ada? Boneka asli Annabelle memiliki tampilan yang menurut saya imut dan lucu (lihat gambar dibawah), sayangnya boneka tersebut sangat berbahaya karena benar-benar bisa membunuh dan kini tersimpan dalam museum pribadi milik Ed dan Lorraine Warren. Dan semoga saja ia tetap disitu sehingga tidak mengispirasi James Wan untuk membuat sequel film ini...

It scores 5 outta 10!


Posted via Blogaway

Tuesday, October 7, 2014

The Giver; Dystopian story 20 years in the making

Film The Giver diangkat dari novel dengan judul yang sama karya Lois Lowry yang beredar tahun 1993 dan mendapatkan penghargaan Newbery Medal di tahun 1994. Kisahnya tentang sebuah komunitas manusia yang bertahan hidup setelah peristiwa 'The Ruin' yang menghancurkan peradaban manusia. Komunitas ini melakukan persamaan perlakuan terhadap semua penghuninya, tidak ada emosi, tanpa feeling dan tanpa warna (literally). Ketika berusia 16 tahun masing masing individu diberi 'tugas' sesuai dengan instruksi dari para elder yang dipimpin Chief Elder (Meryl Streep). Seorang pemuda bernama Jonas (Brenton Thwaites) mendapatkan tugas yang cukup langka sekaligus unik yaitu menjadi The Receiver. Ia akan menerima memori tentang semua hal yang berkaitan dengan sejarah masa lalu manusia melalui The Giver (Jeff Bridges). Memori masa lalu ini akan menjadi bahan pertimbangan bagi para elder dalam memutuskan sesuatu dan selama proses transfer memori inilah Jonas memutuskan bahwa apa yang dilakukan para elder selama ini ternyata salah.

Film besutan Sutradara Philip Noyce ini memiliki beberapa kelebihan teknis terutama visualisasi. Performance para pemainnya juga tidak buruk, Jeff Bridges dan Meryl Streep lah yang paling menonjol dan tampil apik. Novel The Giver bisa dibilang telah menginspirasi novel YA (young adult) lainnya seperti Hunger Games dan Divergent meskipun filmnya rilis cukup telat (20 tahun). Namun yang menarik buat saya justru konsep ceritanya yang thought provoking jika dibandingkan dengan YA lainnya, apakah Anda lebih suka segala sesuatunya terlihat hitam putih sehingga tidak ada yg menonjol? Atau penuh warna sehingga Anda bisa 'memilih' sesuai selera? Apakah Anda lebih suka memilih masa depan Anda sendiri atau lebih suka ditentukan orang lain? Perdamaian, emosi dan free will ternyata memiliki konsekwensi yang cukup rumit bagi kehidupan manusia, siapkah Anda menghadapinya?

It scores 7 outta 10!


Posted via Blogaway