Tuesday, September 30, 2014

The Equalizer; Denzel in distress?

"The most important days in your life are the day you were born and the day you find out why." Quote dari Mark Twain yang menjadi pembuka film ini memberikan sensasi yang luar biasa jika Anda benar-benar memahaminya dan Robert MacCall (Denzel Washington) memahami hal itu. McCall yang kini bekerja disebuah supermarket bahan bangunan hidup sendiri disebuah apartemen dengan ditemani buku-buku yang ia baca. Ia tidak bisa tidur dan mengabiskan setiap malam dengan membaca buku-bukunya disebuah kafe yang buka 24 jam. Ada seorang pelacur muda bernama Teri atau Alina (Chloe Grace Moretz) yang menjadi teman bincangnya di kafe tersebut. Suatu ketika McCall mendapati Alina dirawat di rumah sakit karena babak belur dianiya germo bernama Slavi (David Meunier). Karena merasa iba, McCall menawarkan Slavi uang untuk membeli kebebasan Alina tapi sayangnya ditolak sehingga mengakibatkan kematian Slavi. Ternyata McCall memiliki keahlian membunuh yang sangat hebat yang tidak disadari banyak orang, setelah melakukan hal tersebut ia bisa tidur dengan nyenyak dan sialnya kematian Slavi hanya menjadi awal dari sebuah teror baru yang akan dilakukan mafia Rusia di Amerika serta perburuan terhadap nyawa McCall.

Sutradara Antoine Fuqua dan aktor Denzel Washington pernah kerja bareng dalam film Training Day dan kolaborasi mereka kinipun terlihat solid dalam film The Equalizer yang diangkat dari serial televisi yang pernah tayang tahun 80an di Amerika. Sebenarnya film ini agak terlihat seperti B-Movie yang biasa-biasa saja, namun performance Washington yang apik (seperti biasa) bisa memberikan nilai tambah bagi film ini meskipun pendalaman karakternya bisa dibilang sangat minim karena memang hingga akhir film tidak dijelaskan siapa McCall sebenarnya dan bagaimana masa lalunya, kecuali Anda sering menyaksikan serialnya. Mungkin pertanyaan itu akan terjawab di sequelnya nanti kalau memang jadi dibuat. Overall film ini jadi hiburan yang seru bagi penikmat film drama yang berisi adegan-adegan brutal, jadi pastikan anak Anda yang masih kecil untuk tidak menyaksikannya.

It scores 8 outta 10!


Posted via Blogaway

Friday, September 26, 2014

A Walk Among The Tombstones; the Y2K detective

Masih dari ranah novel yang diangkat ke layar lebar, kini giliran buku terbitan tahun 1992 karya Lawrence Block yang diarahkan sutradara Scott Frank dengan bintang utama Liam Neeson, judulnya A Walk Among The Tombstones. Kisah tentang seorang mantan polisi alkoholik yang menjadi detektif swasta yang tidak berlisensi bernama Matt Scudder (Liam Neeson). Matt disewa seorang pengedar narkoba bernama Kenny Kristo (Dan Stevens) untuk mencari dan menemukan orang yang bertanggung jawab atas kematian istrinya yang tewas dimutilasi. Pencarian Matt membuka fakta bahwa pembunuh psikopat ini ternyata ada hubungannya dengan agensi DEA, kematian istri Kenny bukan yang pertama dan pastinya bukan yang terakhir. Matt harus segera memecahkan kasus ini sebelum korban lain berjatuhan.

Premisnya memang agak klise, setting kota New York ditahun 1999 juga membuat film ini terlihat sangat 90an. Sutradara Scott Frank berhasil menampilkan presentasi visual yang sangat apik sehingga sinematografi arahan Mihai Malaimare Jr. sangat enak dipandang mata dari awal hingga akhir. Ceritanya memang agak lambat di paruh pertama namun mulai menarik di paruh kedua. Film ini jelas menjual daya tarik Liam Neeson yang memang pas dan nyaman dengan peran seperti karakter Matt Scudder, cool, calm and gruffy. Saya sendiri sangat menikmati gaya Neeson disini plus tampilan visualnya yang indah membuat film ini jadi hiburan yang apik dan stylish dengan gaya noir-nya.

It scores 7 outta 10!


Posted via Blogaway

The November Man is NOT 007

Akhir-akhir ini cukup banyak kisah novel yang diangkat ke layar lebar oleh Hollywood, nah ini ada satu lagi.. novel berjudul There Are No Spies karya Bill Granger yang terbit tahun 1987 dibuat film dengan judul The November Man dibawah arahan sutradara Roger Donaldson. Peter Deveraux (Pierce Brosnan) adalah seorang agen rahasia (sounds familiar?) CIA yang pensiun tahun 2008. Sebuah 'krisis' di Rusia membuat ia harus terjun lagi ke lapangan agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan dari pihak CIA. Misi ini ternyata berbuah pahit, wanita yang ia cintai tewas terbunuh oleh pemuda yang pernah ia latih sebelum pensiun, David Mason (Luke Bracey). Dan kini Mason diperintahkan pimpinan tertinggi bernama Weinstein (Will Patton) untuk membunuh Deveraux dengan alasan menjaga keamanan misi CIA yang kini sedang berlangsung di Rusia. Berhasilkan Mason membunuh Deveraux? Tentu saja tidak...

Jika dibandingkan dengan kisah spionase lainnya seperti 007 atau Jason Bourne, The November Man ini terlihat serba tanggung, action bukan.. drama juga bukan karena cukup banyak plot holes. The November Man ini sebenarnya proyek idaman aktor Pierce Brosnan sejak tahun 2005, makanya selain jadi bintang utama ia juga duduk di kursi produser serta pemegang saham perusahaan Irish DreamTime yang memproduksi film ini. Brosnan pernah bekerja sama dengan sutradara Donaldson di film Dante's Peak sehingga Donaldson tahu bagaimana cara mengekspose sang aktor dengan baik. Brosnan dan Bracey membawakan karakter mereka dengan baik meskipun gayanya tetap mengingatkan saya pada agen 007. Selama 100 menitan hanya adegan kucing-kucingan antara Deveraux dan Mason yang lumayan seru serta menghibur untuk disaksikan, selebihnya biasa saja kalau tidak mau dibilang membosankan. Seandainya ceritanya dikembangkan dengan baik mungkin film ini bisa menjadi franchise spionase yang baru dan lebih populer. Semoga saja sequelnya nanti bisa (jauh) lebih baik. *finger's cross*

It scores 6 outta 10!


Posted via Blogaway

Monday, September 22, 2014

The Maze Runner; a thrilling YA novel to movie

Thomas (Dylan O'Brien) terbangun disebuah tempat bernama The Glade, berisi sekelompok pemuda yang ternyata bernasib sama. Mereka semua dikirim ke tempat ini tanpa tahu apa tujuannya, bahkan mereka tidak bisa mengingat identitas diri mereka sendiri. The Glade dikelilingi labirin yang tidak hanya sangat besar tapi juga bisa berubah bentuk setiap malam dan berisi monster bernama Griever. Alby (Aml Ameen) yang merupakan pemimpin kelompok ini bersama Minho (Ki-Hong Lee) dan para Runners telah berusaha mencari jalan keluar melalui labirin raksasa tersebut selama tiga tahun dan belum berhasil. Thomas yakin ia bisa bisa keluar dari tempat itu dan ia mempertaruhkan nyawanya dalam labirin misterius tersebut hingga akhirnya menemukan fakta yang mengejutkan seluruh penghuni The Glade.

Film ini diangkat dari novel YA (Young Adult) berjudul The Maze Runner karya James Dashner yang rilis tahun 2007. Para pecinta film mungkin akan merasakan kemiripan konsep film ini dengan kisah The Hunger Games dan Lord of the Flies, ya mungkin karena memiliki tone yang agak sama, dystopia sci-fi. Yang membuat film ini menarik adalah kekuatan ceritanya yang langsung to the point, bahkan dalam suasana dan latar belakang yang serba misterius. Dari awal film ini berjalan, hal paling banyak yang disuguhkan adalah pertanyaan, berbagai pertanyaan akan muncul dikepala Anda hingga film ini nyaris selesai. Bahkan ketika film ini berakhir pun akan muncul pertanyaan baru di kepala Anda yang hanya bisa dijawab oleh film lanjutannya berjudul The Scorch Trials (kayaknya akan rilis 2016). Untuk sebuah film yang lebih banyak membuat penontonnya bertanya-tanya, The Maze Runner cukup sukses membuat penasaran para penonton hingga akhir dan mungkin bersedia menunggu kelanjutan kisahnya nanti, bahkan bila Anda sudah membaca novelnya pun akan tertarik untuk melihat visualisasi yang ditampilkan sutradara Wes Ball, padahal menurut saya visual efek yang digunakan termasuk biasa saja. Selain cerita yang bagus, film ini juga ditunjang penampilan yang apik dari semua pemainnnya, mereka bisa tampil sesuai porsi dan memberikan gambaran yang enak untuk dilihat. Pendalaman karakternya memang kurang, tapi kemungkinan besar memang disengaja untuk mengundang penonton menyaksikan sequelnya, itu berarti masih ada dua film lagi yang akan rilis karena novelnya sendiri memang berbentuk trilogi. Overall.. film ini cukup seru dan menegangkan untuk sebuah kisah YA jika dibandingkan kisah YA lainnya yang sudah lebih dulu rilis dalam bentuk film layar lebar.

It scores 8 outta 10!


Posted via Blogaway

The Prince; a dull action movie

Jika ada sebuah film yang dibintangi Bruce Willis, Jason patrick dan John Cusack dalam satu layar seharusnya bisa menghasilkan sebuah hiburan aksi yang seru. Entah kenapa kayaknya sutradara Brian A. Miller tidak melihat peluang ini saat membuat film The Prince yang dibintangi tiga aktor tersebut. Paul (Jason Patrick) adalah seorang mekanik yang memiliki putri remaja bernama Beth (Gia Mantegna) yang tinggal jauh dari ayahnya. Ketika Paul tidak bisa menghubungi dan tidak ada kabar sama sekali dari Beth, ia berusaha mencari tahu keberadaannya dengan bantuan Angela (Jessica Lowndes) yang merupakan teman sekolah Beth. Belakangan diketahui bahwa hilangnya Beth ada sangkut pautnya dengan peredaran obat bius serta masa lalu Paul yang memicu dendam kesumat seorang penjahat kelas kakap bernama Omar (Bruce Willis) yang ingin membunuh Paul.
Performance para pemainnya bisa dibilang datar ditambah lagi ceritanya yang membosankan dan bertele-tele. Belum lagi adegan-adegan aksinya yang menurut saya sangat klise, sama sekali gak ada hal baru yang ditawarkan film ini dan semua hal itulah yang membuat film ini patut untuk dilewatkan.

It scores 4 outta 10!


Posted via Blogaway

Friday, September 19, 2014

The Purge: Anarchy; beyond the original

Di tahun 2023, tepatnya tanggal 21 Maret, warga Amerika akan merayakan sebuah kegiatan yang bisa dibilang 'unik'. Semua aktifitas kriminal boleh dilakukan termasuk pembunuhan selama 12 jam. Menurut para founding father-nya, kegiatan ini bisa menurunkan tingkat kejahatan dan kriminalitas di Amerika. Shane (Zach Gilford) dan Liz (Kiele Sanchez) adalah pasangan yang cukup sial karena berada di tempat yang salah pada waktu yanh salah pula. Eva Sanchez (Carmen Ejogo) beserta putrinya, Cali (Zoe Soul) harus mempertahankan diri mereka jika ingin tetap hidup. Dan seorang polisi bernama Leo Barnes (Frank Grillo) yang memang sudah menunggu malam annual purge ini untuk membalas dendam atas kematian anaknya. Mereka berlima dipertemukan dan mencoba untuk tetap bertahan hidup dengan bantuan satu sama lain hingga esok pagi.

Saat film The Purge yang pertama rilis tahun 2013 (gak ditayangkan bioskop kita) saya tertarik dengan konsep cerita yang ditawarkan James DeMonaco, penulis sekaligus sutradara film ini. Film pertama yang menggunakan konsep home invasion thriller terlihat sangat biasa dan klise. Satu pertanyaan yang terlintas di pikiran saya adalah... saat annual purge apa sih yang terjadi diluar sana? Film sequelnya ini menjawab pertanyaan saya tadi dengan pas. Dengan kondisi lingkungan (eksternal) yang lebih logis, performance para aktornya yang tidak mengecewakan dan sedikit bumbu kritik sosial membuat The Purge: Anarchy setingkat lebih baik dari pendahulunya. So.. are you ready for the next annual purge?

It scores 7 outta 10!


Posted via Blogaway

Saturday, September 6, 2014

Hercules; fact or myth?

Rasanya baru kemarin saya menyaksikan Kellan Lutz berperan sebagai Hercules, sekarang muncul lagi tokoh Hercules hanya saja yang satu ini diperankan Dwayne 'The Rock' Johnson dibawah arahan sutradara Brett Ratner. Film ini dibuat berdasarkan komik karya mendiang Steve Moore berjudul Hercules: The Thracian Wars dan klo gak salah sih sempat jadi masalah karena mendiang Steve Moore gak setuju dengan versi filmnya. Hercules (Dwayne Johnson) bersama rekan-rekannya yang terdiri dari Autolycus (Rufus Sewell), Atalanta (Ingrid Berdal), Amphiaraus (Ian McShane), Tydeus (Aksel Hennie) dan Iolaus (Reece Ritchie) merupakan para tentara bayaran yang bersedia melakukan pekerjaan algojo dengan bayaran emas. Suatu ketika mereka mendapat tawaran untuk berperang membantu raja Cotys (John Hurt) melawan tirani raja Rheseus (Tobias Santelmann) dengan imbalan emas seberat tubuh Hercules, merekapun setuju. Sayang mereka tidak tahu bahwa mereka diperdaya oleh konspirasi politik demi mendapatkan kekuasaan atas negeri Yunani.

Jika dibandingkan dengan versi Reny Harlin yang rilis beberapa bulan lalu, bisa dibilang film ini sama payahnya. Hanya saja Ratner sedikit lebih kreatif dengan memutar balikkan fakta tentang legenda Hercules. Apakah benar ia putra dewa Zeus? Atau hanya manusia biasa yang memiliki potensi luar biasa? Anda tentukan sendiri setelah menyaksikan filmnya. Overall cukup menghibur kok meskipun mudah dilupakan...

It scores 6 outta 10!


Posted via Blogaway

Oldboy; another Hollywood's copy paste

Pada tahun 2003 ada sebuah film Korea yang naik daun berkat kisahnya yang twisted (klo gak mau disebut Gila), diangkat ke layar lebar oleh sutradara Park Chan-Wook berdasarkan manga berjudul Oldboy. Akhir tahun 2013 sutradara Spike Lee merilis film yang sama dengan bintang utama Josh Brolin. Kisahnya tentang Joe Doucett (Josh Brolin) yang diculik dan disekap dalam sebuah kamar mirip hotel tanpa tahu siapa yang menyekapnya selama 20 tahun. Selama ia disekap, mantan istrinya tewas terbunuh dan Joe menjadi tersangka utama, untung putrinya yang saat itu berumur 3 tahun berhasil selamat. Joe bertekad untuk kabur demi bertemu dengan putrinya serta membersihkan nama baiknya yang tercemar dengan cara menemukan siapa orang yang menculiknya.

Jika dibandingkan dengan versi Koreanya, film Spike Lee yang satu ini bisa dibilang payah. Sama sekali tidak ada hal baru yang ditawarkan, beberapa perubahan yang dibuat sama sekali tidak membantu film ini menjadi lebih baik. Sebenarnya dari sisi teknis tidak ada masalah hanya cerita dan para aktornya yang membuat film ini kehilangan greget jika dibandingkan versi Korea. Kalau Oldboy buatan Park Chan-Wook menjadi film yang terbaik di tahun 2003, maka versi Spike Lee yang memiliki jeda 10 tahun adalah versi remake terburuk tahun 2013. Saya pribadi masih gak ngerti, kenapa harus membuat sebuah remake dari film yang sudah bagus? Kenapa gak membuat remake dari sebuah film yang jelek dengan kisah yang lebih baik? *sigh*

It scores 5 outta 10!


Posted via Blogaway