Saturday, May 31, 2014

X-Men: Days of Future Past; an entertaining time travel adventure!


Film X-Men: First Class yang dibesut Matthew Vaughn beberapa tahun lalu bukan cuma mengobati kangen para fans X-Men tapi juga memberikan pegangan yang kuat untuk kisah selanjutnya, terutama karena film X-Men: The Last Stand dicaci maki semua pihak dan First Class memberikan kisah yang jauh berkualitas. Percaya atau tidak, sutradara Bryan Singer yang pernah membuat film X-Men (pertama) dan sequelnya; X2, berhasil membuat sebuah proyek X-Men yang cukup ambisius dengan menggabungkan trilogi X-Men (X-Men, X2 & The Last Stand) dengan First Class, hasilnya adalah sebuah film berjudul Days of Future Past. So.. X-Men: Days of Future Past merupakan sequel dari film First Class sekaligus sequel juga dari The Last Stand. Hasilnya? JUARA!!! 
Menurut saya, sutradara Bryan Singer bersama penulis naskahnya Simon Kinberg bisa dengan rapih merangkai kembali kisah X-Men dan mengembalikannya ke jalur yang 'benar', dan tugas itu ada di pundak Wolverine. Logan (Hugh Jackman) diminta Prof. X (Patrick Stewart) dan Magneto (Ian McKellen) yang kini sudah berdamai untuk kembali ke masa lalu demi mencegah Raven/Mystique (Jennifer Lawrence) melakukan pembunuhan terhadap Dr. Boliver Trask (Peter Dinklage) di tahun 1973. Pembunuhan ini menjadi cikal bakal lahirnya program Sentinel yaitu program pemusnahan kaum mutan oleh robot yang dibuat Trask berdasarkan DNA milik Mystique. Di masa depan, robot-robot Sentinel ini rupanya melakukan pembantaian bukan cuma seluruh mutan tapi juga umat manusia, itulah sebabnya Logan harus berhasil melakukan tugasnya atau tidak akan ada satupun dari mereka yang akan selamat. 

Semua pemain tampil solid, baik yang dari Trilogi maupun yang dari First Class, visualisasinya digarap dengan sangat baik. Yang paling ciamik adalah adegan pembebasan Erik yang dilakukan oleh Quicksilver di Pentagon, adegan slow motion-nya dikoreografikan dengan indah, menghibur dan lucu. Days of Future Past jelas menjadi film superhero yang komplit dan menghibur, meskipun ada beberapa pertanyaan penting yang membuat saya bingung seperti bagaimana Prof. X hidup kembali setelah tewas oleh kekuatan Dark Phoenix di film The Last Stand. Saya pribadi  merasa senang bisa melihat kembali Storm, Jean, Scott, Kitty dll dalam timeline kisah yang baru, apalagi jika mereka akan lanjut tampil di X-Men: Apocalypse yang akan rilis tahun 2016. Bicara tentang Apocalypse, bila Anda menyaksikan post credit scene film ini, Anda (yang bukan penggemar berat X-Men) mungkin bertanya-tanya siapa orang bertudung yang sedang membuat piramid itu? Well.. katanya, dia adalah En Sabah Nur, mutan paling pertama yang muncul di dunia dan nama lainnya (dalam komik) adalah Apocalypse. Tebakan saya, dia akan menjadi musuh yang harus dilawan dalam film X-Men: Apocalypse nanti. Can't wait..!!!
 It scores 8 outta 10!

Monday, May 19, 2014

GODZILLA is the best monster's movie of the year (so far)


Pada tahun 1999 Joe Brody (Bryan Cranston) yang bekerja sebagai engineer di sebuah pembangkit tenaga nuklir Janjira yang berada di Jepang, merasakan sebuah keanehan berupa gempa yang tidak biasa. Gempa ini menyebabkan power plant tersebut hancur dan menewaskan istrinya tercinta. 15 tahun kemudian, Ford Brody (Aaron Taylor Johnson) masih mendapati sang ayah berusaha mencari tahu penyebab kematian istrinya di Jepang. Joe bukan satu-satunya orang yang sedang menyelidiki keanehan ini, ada sebuah organisasi bernama Monarch pimpinan Dr. Ichiro Serizawa (Ken Watanabe) yang juga mengikuti perkembangan kejadian aneh ini yang ternyata telah berlangsung selama puluhan tahun. Joe dan Ford Brody serta Serizawa akhirnya mendapati fakta bahwa yang mereka hadapi adalah sebuah MUTO (Massive Unidentified Terrestrial Organism) yang mengkonsumsi radiasi dan kehadirannya bisa memusnahkan umat manusia. Dr. Serizawa yakin kehadiran Gojira yang akan membuat keseimbangan alam dan hanya Gojira lah yang bisa membinasakan MUTO, sedangkan pihak militer lebih merasa perlu untuk membunuh MUTO dan Gojira demi keselamatan umat manusia.

Ini bukan kali pertama bagi sutradara Gareth Edwards menggarap film dengan tema monster raksasa, ia pernah membuat film sci-fi indie berjudul Monsters yang menurut saya kualitasnya diatas rata-rata (baca: Bagus!). Nama Godzilla sudah sangat populer sejak pertama kali muncul di film Godzilla karya Toho tahun 1954. Terakhir yang saya ingat adalah film karya Rolland Emmerich yang ngaco tapi cukup seru. Untungnya film karya Erward ini tidak mengulangi formula Emmerich, film yang baru ini jauh lebih berbobot dan lebih berkualitas dari semua sisi. Film ini sebenarnya lebih mengangkat sisi emosional manusia ketika menghadapi ketakutan akibat sebuah kondisi yang tidak diinginkan ketimbang main kucing-kucingan kayak versinya Emmerich yang rilis tahun 1998. Semua pemain yang muncul di film ini memberikan kontribusi yang pas sesuai perannya masing-masing, meskipun banyak karakter tapi tidak terasa tumpang tindih. Secara teknis pun film ini cukup apik, mulai dari spesial efek, sinematografi hingga music score yang menurut saya pas banget dengan visulisasinya. Semua hal itu memberikan nilai tambah bagi penonton dan pecinta Godzilla. I love it! Dan judul the best monster's movie of the year (so far) diatas buat saya gak berlebihan.


It scores 8 outta 10!

Locke in a BMW

Ivan Locke (Tom Hardy) adalah seorang project manager dalam sebuah proyek konstruksi gedung, ia memutuskan untuk berkendara ke kota London selama satu setengah jam untuk hadir dalam proses persalinan anaknya. Masalahnya adalah, anak yang akan segera lahir ini adalah hasil hubungan 'one night stand' yang tidak disengaja ketika Locke sedang mengerjakan sebuah proyek konstruksi beberapa bulan lalu. Selama satu setengah jam perjalanan ia harus mengatakan yang sebenarnya pada sang istri serta berusaha untuk memastikan bahwa proyek yang ia tinggalkan bisa berjalan dengan lancar tanpa kehadiran dirinya. Konsekwensi dari keputusannya pergi ke London adalah ia mungkin akan kehilangan keluarga dan pekerjaannya. 
Film Locke menurut saya adalah sebuah film minimalis yang hebat, satu aktor, dalam satu mobil, merubah kehidupannya 180 derajat dalam waktu satu setengah jam diperjalanan dengan menggunakan telepon seluler. Penceritaannya cukup kuat, bisa memberikan kesan yang mendalam dan cukup emosional, thanx to Tom Hardy for this! Ia memberikan performa yang juara dalam film ini, baik ketika ia sedang berbicara dengan karakter lain di speakerphone maupun ketika ia berdialog dengan bayangan ayahnya di tempat duduk belakang. Bila Anda pecinta kisah drama berkualitas maka film unik karya sutradara Steven Knight ini wajib ditonton.

It scores 8 outta 10!

The Amazing Spiderman 2


Peter Parker (Andrew Garfield) sudah mulai terbiasa dengan alter egonya sebagai Spiderman, sayangnya ia merasa terganggu dengan bayang-bayang ayah kekasihnya, Gwen Stacy (Emma Stone) yang sangat ia cintai. Dilain pihak, seorang penjahat baru bernama Elektro (Jamie Foxx) hadir ditengah-tengah kota New York. Elektro bernama asli Max Dillon, seorang teknisi di Oscorp yang awalnya mengidolakan Spiderman dan berbalik menjadi membencinya. Dengan bantuan Harry Osborn (Dane DeHaan), Elektro berencana akan membunuh Spiderman.


Jika dibandingkan dengan film pertamanya yang juga disutradarai Marc Webb, film ini bisa dikatakan turun kualitas ceritanya. Karakternya kurang fokus dan terlalu bertele-tele menceritakan hal-hal yang gak penting. Yang menarik adalah chemistry romansa antara Peter Parker dan Gwen yang pas dan enak dilihat. Penampilan DeHaan juga mencuri perhatian, meskipun pendalaman karakternya kurang, padahal ia punya peran yang cukup penting. Spesial efeknya luar biasa dan sedap dipandang mata. Overall, para pecinta Spiderman atau komik superhero bisa dipastikan akan puas dengan actionnya tanpa perlu terlalu serius memikirkan jalan cerita yang kualitasnya tidak sebagus pendahulunya.

It scores 7 outta 10!

Friday, May 16, 2014

The Other Woman; the wife, the lawyer & the boobs

Carly (Cameron Diaz) merasa cukup bahagia dengan kekasihnya, seorang pria mapan yang tampan bernama Mark King (Nicolaj Coster - Waldau) hingga suatu saat Carly mengetahui bahwa Mark sudah menikah. Kate (Leslie Mann) yang mengetahui suaminya selingkuh, mencoba mendekati Carly demi mendapatkan info yang lebih banyak tentang perilaku hidung belang sang suami hingga akhirnya mereka berdua menjadi sahabat dekat. Sialnya, bukan cuma mereka berdua yang ada dalam kehidupan Mark, ada Amber (Kate Upton) yang lebih muda, lebih seksi dan lebih lugu. Bertiga mereka merencakan pembalasan dendam dan memberi Mark pelajaran berharga.
Sutradara Nick Cassavetes cukup berhasil merangkai kisah yang menurut saya biasa saja menjadi sebuah tontonan komedi romantis yang menghibur. Karakter Carly dan Kate jadi pasangan yang menarik, aneh tapi menarik. Tema 'girl power' cukup kuat meskipun kualitas ceritanya tidak istimewa.

It scores 5 outta 10!