Thursday, April 24, 2014

RIO 2: Amazon Got Talent


Studio BlueSky pernah sukses merilis animasi berjudul Rio pada tahun 2011 lalu. Kini di tangan sutradara Carlos Saldanha hadir sequelnya yang berjudul Rio 2. Blu (Jessie Eisenberg) bersama keluarganya yang tinggal di Rio mengetahui bahwa spesies blue macaw yang mereka kira selama ini telah punah ternyata masih ada di pedalaman hutan Amazon. Jewel (Anne Hathaway) mencoba meyakinkan Blu dan anak-anak mereka untuk pergi ke Amazon dan mencari kerabat mereka. Meski merasa terpaksa akhirnya Blu setuju demi membahagiakan sang istri, a happy life is a happy wife! Kawanan blue macaw yang dikira telah punah ternyata masih ada, bahkan Jewel bertemu kembali dengan ayahnya, Eduardo (Andy Garcia). Bagi Eduardo, Blu adalah masalah karena gaya hidup Blu yang Hi-Tech tidak cocok dengan kawanan mereka yang survive di alam liar. Tapi masalah yang paling besar justru datang dari manusia, bila Eduardo tidak segera bertindak maka mereka akan kehilangan rumah terakhir mereka akibat hutan yang habis karena ditebang secara ilegal. Film Rio 2 memiliki plot yang simpel meskipun karakternya penuh sesak. Banyaknya karakter yang muncul di film ini sebenarnya gak mengganggu karena kisah yang ditulis Saldanha dan Yoni Brenner bisa disusun dengan baik. Bagi anak-anak film ini jelas akan sangat menghibur, ada komedi, nyanyi-nyanyi dan warna-warni yang menyegarkan mata. Sementara bagi penonton dewasa film ini akan terasa sangat ringan dan mudah dilupakan. Teknik animasinya cukup bagus bila dibandingkan dengan film pertama, mungkin karena set film ini (hutan Amazon) lebih luas dan variatif sehingga pemandangannya gak terlalu monoton meskipun tidak ada hal baru yang istimewa. Overall Rio 2 bisa menghibur Anda sekeluarga tanpa perlu berfikir keras, malah mungkin Anda bisa mengajarkan anak-anak Anda bagaimana caranya mencintai lingkungan.


It scores 5 outta 10!

Transcendence for a better future


Dr. Will Caster (Johnny Depp) dan Evelyn (Rebecca Hall) adalah pasangan suami istri ilmuwan yang sedang mengerjakan proyek AI (Artificial Intellegence), sebuah komputer super pintar yang memiliki kecerdasan yang sangat tinggi. Sebuah kelompok anti teknologi pimpinan Bree (Kate Mara) mencoba menggagalkan proyek Dr. Caster dengan cara menembaknya. Peluru yang melukai Will Caster ternyata memiliki radiasi mematikan sehingga membuat Will sekarat. Dengan bantuan rekan kerja mereka, Max (Paul Bettany) yang juga ilmuwan sekaligus sahabat dekat keluarga Caster, Will men-download pikiran dan jiwanya ke komputer AI ciptaan mereka. Keberhasilan Will 'memindahkan' pikirannya membuat masalah baru, Will haus akan informasi dan inovasi, bahkan membuat banyak terobosan penemuan yang mengkhawatirkan kelompok RFIT pimpinan Bree sekaligus pemerintah yang merasa terancam. Transcendence adalah film layar lebar pertama yang dibuat Wally Pfister sebagai sutradara. Bila Anda penggemar film, Anda mungkin mengenal karyanya sebagai sinematografer dalam film-film Chris Nolan The Dark Knight Trilogy dan Inception. Pfister bisa dibilang sukses menggarap film ini dari sisi sinematografinya tapi gagal total untuk aspek lainnya. Konsep film ini sebenarnya menarik meskipun mengingatkan saya pada film lain karena idenya memang gak terlalu orisinil. Naskah ceritanya gak fokus bahkan melantur kemana-mana, hal ini diperparah dengan performance para pemainnya yang biasa-biasa saja, kecuali Morgan Freeman yang bisa 'menyegarkan' suasana. Bila Anda pecinta scifi mungkin tertarik dengan kisah yang ditawarkan di film ini, hanya saja ada sebagian yang suka dan ada juga yang mengantuk. Saya ikut group yang mengantuk saat menyaksikannya.

It scores 5 outta 10!

Wednesday, April 2, 2014

Captain America: The Winter Soldier

Film Captain America; The First Avenger (2011) besutan Joe Johnston telah memberikan pondasi yang cukup kuat bagi film lanjutannya yang rilis tahun 2014 ini, Captain America: The Winter Soldier. Setelah membeku selama 60 tahun wajar saja kalau Steven Rogers (Chris Evans) menjadi galau, ia harus mengejar ketinggalan dalam segala hal dan kayaknya ia berterima kasih pada internet dalam mengejar ketinggalan itu. Sebagai Captain America ia bertugas dibawah komando S.H.I.E.L.D pimpinan Nick Fury (Samuel L. Jackson), sialnya ada organisasi jahat yang terselubung didalam organisasi S.H.I.E.L.D yang menyebabkan Fury terbunuh. Steve harus segera mencari tahu siapa dalang dibalik semua kekacauan ini sebelum ia dan Black Widow (Scarlett Johansson) terbunuh.
The Winter Soldier dibesut duo bersaudara Anthony dan Joe Russo yang sebelumnya sibuk dengan serial televisi berjudul Community. Mereka bisa memberikan presentasi yang luar biasa keren untuk film ini baik dari sisi kualitas cerita dan visualisasinya. Kisahnya beda dengan kisah superhero (Marvel) yang lain, nuansa thriller berbau politisnya cukup kental dan hal inilah yang jadi kelebihan The Winter Soldier. Adegan-adegan aksinya sangat keren dan seru, bisa dibilang skalanya hampir menyamai film The Avengers, padahal, percaya atau tidak, penggunaan spesial efek komputernya dibuat seminim mungkin oleh Russo Brothers. Performance semua pemain cukup oke, mereka tampaknya sudah nyaman dengan peran mereka masing-masing yang sudah beberapa kali mereka bawakan di beberapa film Marvel sebelumnya (silahkan lihat seri Iron Man dan Thor). Yang baru pertama kali muncul hanyalah karakter Falcon/Sam Wilson yang dibawakan Anthony Mackie dan itupun tidak diungkapkan secara detail, (mudah-mudahan) mungkin nanti lebih diperdalam di sequelnya yang akan rilis bulan Mei tahun 2016 dan masih dibawah arahan Russo bersaudara. Overall menurut saya The Winter Soldier lebih baik dari The First Avenger dalam segala hal dan bisa jadi pemanasan yang bagus untuk film The Avengers: Age of Ultron. Oiya.. jangan buru-buru kabur setelah credit tittle filmnya, ada beberapa menit adegan tambahan yang wajib Anda saksikan bila Anda penggemar berat MCU (Marvel Cinematic Universe) karena ada penampakan Quicksilver dan Scarlet Witch yang nanti akan tampil dalam film The Avengers: Age of Ultron.

It scores 8 outta 10!


Posted via Blogaway

Berandal.. Berantem.. Berdarah.. Bersambung...

Tahun 2012 lalu para pecinta film action diseluruh dunia sangat menikmati film The Raid: Redemption (Serbuan Maut) karya sutradara Gareth Evans. Tahun 2014 ini hadir sequelnya yang sudah ditunggu-tunggu berjudul Berandal (The Raid 2). Kisahnya langsung melanjutkan dari film pertama, setelah berhasil selamat dari kepungan para bandit dalam gedung, Rama (Iko Uwais) ditugaskan untuk menyamar demi menangkap biangnya kriminal yang selama ini diincar kesatuan anti kriminal dan korupsi pimpinan Bunawar (Cok Simbara). Untuk itu Rama harus berpisah dari istri dan anaknya selama beberapa tahun untuk mendekam dalam penjara demi mendekati Uco (Arifin Putra), anak satu-satunya pak Bangun (Tio Pakusodewo) yang merupakan pimpinan tertinggi mafia kriminal di Jakarta. Bangun tidak sendirian dalam menguasai Jakarta, ada kelompok Jepang pimpinan Goto (Kenichi Endo) yang selama ini cukup damai dengan organisasi milik Bangun. Kehadiran Bejo (Alex Abbad) yang ingin menguasai semua wilayah untuk dirinya membuat kelompok Bangun dan Goto saling bersitegang dan Rama terjebak ditengah-tengah konflik mereka.
Film The Raid yang pertama jelas lebih simpel plotnya ketimbang Berandal yang lebih kompleks dan naskah Berandal bisa dibilang sedikit lebih baik dari film pertama yang semua dialognya terdengar 'aneh' walaupun secara keseluruhan naskah Berandal pun belum bisa dibilang bagus. Yang juara (sekali lagi) adalah sisi teknis film ini. Sinematografi, adegan aksi, perkelahian, duel dan kejar-kejaran mobil digarap dengan sangat apik (untuk ukuran film Indonesia ya) dan sangat seru untuk disaksikan. Selama 150 menit Anda akan menyaksikan lebih banyak darah muncrat, tulang patah dan lebih banyak perkelahian dengan skala yang lebih besar. Semua detail adegan perkelahian di film ini di koreografikan dengan ciamik oleh Iko Uwais dan Yayan Ruhian, mereka berdua jelas tahu bagaimana cara menghibur para pecinta film action dengan koreo kelahi yang juara. Penambahan karakter yang cukup banyak juga menambah sesak film ini, yang sudah pasti tak terlupakan oleh penonton yaitu Hammer Girl dan Baseball Bat-Man yang diperankan oleh Julie Estelle dan Very Tri Yulisman serta The Assassin dengan senjata kerambit-nya yang dibawakan oleh Cecep Arif Rahman, oiya adegan kelahi antara Iko dan Cecep di akhir film benar-benar bikin saya capek. Bila Anda pecinta film action maka film ini tidak boleh dilewatkan dan bersiaplah untuk sequelnya. Kalau Berandal dimulai 2 jam setelah film pertama, maka sequelnya nanti, The Raid 3 akan dimulai dari 2 jam sebelum film The Raid 2 berakhir. Bingung? Kayaknya konsepnya sama dengan film 300 dan sequelnya, 300: Rise of an Empire. Kita tunggu saja...

It scores 8 outta 10!


Posted via Blogaway

The Expatriate; Erased in Europe

Ben Logan (Aaron Eckhart) bersama putrinya, Amy (Liana Liberato) tinggal di Belgia karena Ben bekerja disebuah perusahaan teknologi security bernama Halgate Group. Suatu saat ia mendapati kantor tempat ia biasa bekerja kosong melompong tak berbekas dan semua rekan kerjanya di kantor telah terbujur tewas disebuah rumah sakit. Ben dan Amy juga dikejar-kejar orang yang ingin membunuh mereka sehingga mereka harus melarikan diri sambil mencari tahu siapa dan mengapa mereka diburu untuk dibunuh. Sesimpel itulah plotnya dan begitu juga dengan filmnya. Secara teknis film arahan sutradara Philipp Stolzl cukup baik, nuansanya jauh dari kemewahan Hollywood yang mengingatkan saya pada film Taken karena memang latar belakangnya berada di Eropa. Performance semua pemainnya juga cukup baik hanya saja berhubung skripnya kurang apik ya jadinya terasa seperti serba tanggung. Kekurangan di naskah cerita ini yang buat saya cukup mengganggu sehingga konspirasi perusahaan Halgate dan CIA dengan mengorbankan Ben Logan jadi terasa kurang greget. Untuk sebuah hiburan mata film ini cukup lumayan karena memang pemandangan Eropa yang cukup jarang beredar di bioskop kita, so.. enjoy the movie without questioning how & why..

It scores 5 outta 10!


Posted via Blogaway